Pagi yang
cerah terdengar suara burung yang berkicau membuat tidurku yang indah terbangun
dalam suasana duka sudah sehari aku hidup tanpanya seketika aku mengingat
cerita cinta kita…
“Aditt
tungguin aku dong” sahut aku
“makanya
kalo pagi itu cepat bangunnya” jawab Adit dengan kesal
“iya iya
maafin aku ya jangan marah dong” merangkul tangan Adit. “tuh kan mukanya jelek
tau kalo marah”
Adit hanya
bisa tersenyum melihat tingkah aku.
Tidak lama
kemudian kita telah sampai di sekolah suasana hening menyelimuti sekolah ini
akupun baru sadar hari ini ujian penaikan kelas dan aku sama sekali belum
belajar
“Adit boleh
minta tolong nggak?”
“hmm iya
apa?” jawab Adit dengan raut wajah dingin
“bikinin
aku pelampung dong semalam aku lupa bikinin ya please” dengan sedikit suara
manja aku membujuk adit dan diapun mengerti meskipun dengan sedikit celotehan
yang ia lontarkan padaku
“makanya
kamu tuh belajar mau sampai kapan kamu begini terus setiap ujian” dengan suara
sinisnya iya menarik selembar kertas di depannya.
Setengah
jam aku menunggu dan hasilnya sangat memuaskan contekan biologi dari adit
selalu mampu membuat nilaiku jadi sempurna
Loncengpun
berbunyi siswapun bersorak dan mengumpulkan kertas ulangan biologi akupun lekas
ke luar menemui adit
“hai sudah
lama yaa?” aku menyeruput minuman adit
“iya
bagaimana ulangannya tadi? Kamu bisa?” merapikan poni aku dengan lembut
“sukses
banget makasih ya kamu tuh sahabat aku yang paling baik” dengan sedikit cubitan
di pipinya yang bersih itu membuat adit tersenyum
“adit aku
mau curhat nih”
“soal rio
lagi?”
“iya dit
kok dia sudah 2 minggu gue putus tapi kok belum bisa lupain dia ya?” tanya aku
dengan wajah yang tertunduk “aku capek dit harus ingat dia terus capek harus
ingat kenangan gue sama dia, capek harus ingat perbuatannya ke aku sampai kapan
dit aku harus ingat dia terus?” air mataku jatuh tak henti-hentinya dan adit
pun mendekapku dalam pelukannya yang hangat “sabar yaa bil aku yakin kamu bisa
lupain dia udah ya kamu jangan nangis ntar malam aku traktir makan es krim ya”
tangannya yang selalu menghapus air mataku yang selalu merangkulku saat suka
maupun duka….
“iya janji
ya awas kalo nggak”
“iya janji
ayo pulang dari pada kita jadi penunggu kantin. Disini kamu mau?”
“nggak lah
hahahaha kamu tuh paling bisa ya buat aku tertawa lagi” kitapun jalan keluar
dengan tertawa
“mas pesan
es krim coklatnya 2″ adit memesan es krim favorite kita dari kecil
“sudah tau
kok mas adit pasti mau pesan es krim coklat” pemilik kedai es krim ini sudah
sangat kenal dengan kita
Sambil
menunggu es krim datang tiba-tiba…
“bil kalo
aku pergi gimana?” pertanyaan adit itu membuat perasaanku jadi nggak enak
“mau
kemana? Nggak ajak ah nih? Lama nggak?” aku dengan nyerocos dengan memegang
tangan adit
“mungkin
selamanya bil, kamu nggak bisa ikut kamu harus ada disini tungguin aku”
“kemana
sih? Mau ninggalin aku?” dengan suara tinggi yang membuat Dika pemilik kedai
ini tersontak kaget
“jangan
emosi dulu bil aku bercanda kok”
“udah ah
aku mau pulang” akupun lari keluar dari kedai sweet ice
Adit hanya
melihatku lari dan nggak mencegatku sampai bayanganku hilangpun adit tetap
duduk
“kenapa sih
di saat-saat gini kamu buat aku sedih” akupun jalan dengan penuh marah
Sejak
kejadian itu adit nggak pernah kelihatan lagi di sekolah nggak pernah hubungin
aku hpnya nggak aktif “ahhh” aku melempar kaleng minuman sampai rico teman
kelas adit terkena lemparanku.
‘aduh
nabilah” mengusap kepalanya
“maaf maaf
rico maaf”
“iya udah
dimaafin, eh bil gue mau ngomong sama lo”
“apaa rico?
Soal adit?” tanya aku dengan penasaran
“i…Iya bil
duduk dulu deh”
“apa ric?
adit kenapa? adit marah sama gue?”
“bukan bil
tapi aditt.. Mending lo ikut gue deh” rico menarik tanganku sampai masuk ke
dalam mobil hatiku penuh tanda tanya “ada apa sih sebenarnya?” mobil rico
sampai di rumah sakit harapan dan perasaan aku tambah nggak enak
“turun bil”
rico menarik tanganku sampai di depan icu
“ric a…
adit kenapa?” belum sempat rico menjawab aku lari masuk melihat tubuh adit kaku
dan tak sadarkan diri “ditt kamu kenapa? Kamu sakit? Kamu kenapa nggak pernah
bilang ke aku? Kamu bangun ditt bangun” aku mengguncang-guncang tubuh adit air
mataku yang terus mengalir membuat rico spontan memeluk aku
“tenang bil
tenang” rico berusaha membuat aku tenang
“aditt
sakit ric?” tanyaku sesenggukan
Rico
membimbing tubuhku yang lemas keluar dari ruangan icu
“rico aga
sakit apa kenapa lo yang tau adit sakit kenapa gue sahabatnya nggak tau dia
sakit apa” aku tak mampu membuat tubuhku berdiri tegak aku terduduk menundukkan
wajahku
“karena lo
3 tahun ini sibuk pacaran lo nggak pernah ada sedikit waktu buat adit lo selalu
sibuk dengan diri lo sndiri sampai adit sakit kanker otak lo nggak tau kan? Lo
selalu sibuk dengan dunia lo sendiri tapi semenjak lo putus dari rio lo baru
perhatikan adit mau lo apa bil ? Lo
nggak tau adit tuh sayang banget sama lo semenjak SD tapi lo nggak pernah mau
tau itu” rico dengan penuh amarah meninggalkan nabilah yang terduduk dan
membisu mendengarkan semua perkataan rico.
Penglihatan
nabilah tiba-tiba hitam dan ia terjatuh membuat langkah rico terhenti dan lari
menolong nabilah “bil bangun dong bill... tuh kan begadang terus sih jadinya
kacapean tuh”
nabilah
terbangun dan ia mengenal suara itu dengan cepat ia membuka matanya ternyata
benar itu suara orang yang sangat ia rindukan
“adit
maafin aku ditt” nabilah memeluk adit dan air matanya tertumpah di pelukkan
nabilah
“husssttt
sudah ah kok nangis mulu sih aku nggak marah bil” adit menghapus air mata aku
meskipun terlihat dngan jelas wajahnya sangat pucat
“kamu sudah
makan?” adit merapikan rambutku seperti biasanya tapi nggak lama kemudian adit
pingsan.
Aku sangat
panik dan memanggil suster yamg bertugas di dekat kamar aku dengan cepat adit
di bawa. 1 jam aku, rico, orangtua adit dan adiknya menunggu di depan ugd
dokterpun keluar dengan wajah yang sedih akupun mengerti ekspresi dokter dengan
histeris aku teriak aku menangis serasa semuanya seperti mimpi. Rico membawaku
keluar dari rumah sakit aku tak kuasa melihatnya tubuh orang yang aku sayang
sudah tak bernayawa.
Keesokan
harinya rumah adit yang selalu tampak sepi sekarang tampak ramai dengan
wajah-wajah duka kakiku berat untuk melangkah masuk melihat adit terakhir
kalinya. Aku masuk dengan badan yang di bopong oleh papa aku duduk di samping
adit aku mencium pipinya untuk terakhir kalinya air mataku menetes dengan deras
aku duduk dan menonton rekaman kenangan yang ada di pikiranku terasa indah
tenang akupun ikut mengantarkan adit ke istana barunya sungguh sedih melihat
tubuhnya kaku dan terbaring didalam ruang yang gelap.
“bill ini
ada surat buat lo dari adit” aku hanya bisa menganggukkan kepala saat rico
memberikanku sepucuk surat dari aditt dengan cepat aku buka
"Dear
nabilah
Hari ini
pasti kamu nangis lagi kan? Poni kamu rambut indah kamu pasti berantakan lagi.
Maaf bill aku ninggalin kamu secepat ini maaf aku nggak bisa ada lagi di saat
kamu sedih di saat kamu susah tapi kita punya banyak kenangan yang bisa buat
kamu bahagia di saat kamu sedih kamu jangan sungkan datang di rumah baru aku
aku selalu ada disini tungguin kamu dengan berbagai cerita kamu harus kuat
harus ceria tanpa aku kamu harus bisa bangun pagi sendiri, harus bisa belajar
jangan nyontek mulu. bill sebenarnya gue sayang banget sama lo tapi gue tau lo
sayang sama rio gue nggak mau perasaan ini buat hubungan persahabatan kita
hancur. Maaf gue nggak bisa buat lo bahagia bill sampai kepergian gue. Lo jaga
diri baik-baik yaa bil semoga hati gue ini bisa buat rio bahagian lo. I will
always love you Nabilah."
Air mataku
kali ini makin deras mengingat adit sudah mendonorkan hatinya buat rio. “aku
sayang kamu dit semoga kamu tenang disana aku janji akan tepatin semua apa yang
kamu minta. mengusap air mataku dengan selimut
dan beranjak keluar dari kamar dan memulai hidup yang baru dengan rio.
“i will always love you adit.”
Author By : AdityaRiicky
Inspirasi Dari Film Nathan Dan Milli
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...