My First Love
Inspiration By : Ayana Shahab
terasa menyenangkan jika ditemani
seorang teman, sahabat, atau juga
kekasih. Tapi, jika kita tidak dapat
melakukannya hidup ini menjadi tidak
berwarna, sepi, tentu saja
menyakitkan.
Namaku Ayana Shahab. Tahun ini, aku
duduk di kelas 1 SMA. Hari ini adalah
hari pertamaku dimana aku akan duduk
dikelas baru, karna di sekolahku ini
setiap tahun kami selalu dipindah
kelas. Tujuannya agar kita semua bisa
saling kenal. Meski begitu, aku belum
bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Sejak berumur 9 tahun, aku tidak
pernah berbicara dengan siapapun
kecuali dengan orangtua ku sendiri.
Itu semua terjadi karna kematian
Ibuku. Ibu meninggal karena Ayahku
selalu bersikap kasar padanya. Setiap
hari Ayahku selalu berkata-kata kasar
pada Ibu. Ia selalu mengatakan bahwa
Ibuku adalah manusia yang tidak
berguna. Hingga akhirnya Ibuku
putus asa dan memilih untuk bunuh diri.
Sejak saat itu aku tidak berani
berbicara pada orang lain, karena
takut mereka tersinggung dengan apa
yang aku katakan.
"Bagaimana ini? Apa aku bisa
beradaptasi dengan lingkungan kelas
yang baru?" Gumamku sambil menghela
nafas.
Setiap tahun berjalan seperti ini,
memang membosankan hidup seperti
ini. Hidup yang dipenuhi akan
kesendirian dan tidak berwarna.
Aku menghentikan langkah sebelum
masuk kedalam sekolah. Kutatap langit
pagi yang indah dan luas, kuhirup
udara pagi hari yang sejuk seperti ini.
Tapi tetap aku masih belum megerti
dengan diriku sendiri, padahal dunia
ini begitu luas dan diisi dengan banyak
manusia. Tapi kenapa aku tidak berani
berbicara pada salah satu dari
mereka?
"Hmm… aku heran padamu, pagi-pagi
gini udah bicara sendiri" Ucap seorang
pria yang sedang berdiri disampingku
sembari ikut memandangi langit. Aku
hanya diam, tidak berani berbicara
padanya lalu beranjak pergi
meninggalkannya.
"Hey, kenapa kau pergi? Apa ada yang
salah dengan kata-kataku?" Tanya
pria itu dengan suara keras sehingga
beberapa siswa yang berjalan
melewati
gerbang sekolah melihatnya. Namun
aku mengabaikannya dan sesegera
mungkin berjalan menuju kelas
baruku.
Sesampainya dikelas, aku langsung
mencari tempat bangku. Kebetulan
masih tersisa satu meja dengan dua
kursi di deretan paling belakang.
Akupun segera duduk dibangku itu.
Semua orang terlihat sedang bertukar
ceritadengan teman-teman mereka,
ada yang kenalan, ada yang saling
bertukar pengalaman. Sementara aku,
hanya bisa duduk sembari memandang
mereka.
"Haha, kita bertemu lagi." Ujar
seorang pria yang tiba-tiba datang
dan duduk disebelahku.
Saat aku melihatnya ternyata dia
adalah pria yang tadi aku temui
didepan gerbang sekolah.
"Oh iya, Kenalin namaku Febri, siapa
namamu?" Ucap pria itu sembari
mengulurkan tangannya.
Aku hanya menatap uluran tangan itu,
namun tidak menjawab pertanyaannya.
"Hmm…, baiklah kalau begitu.
Sepertinya kamu belum mau bicara
denganku. Tapi aku boleh duduk disini
kan? Soalnya bangku lain udah penuh
nih, gimana boleh kan?" Ucap Febri
Aku tetap diam tidak menjawab
pertanyaannya, dan akhirnya Febri
menyerah mengajaku berbicara.
Aku heran kenapa dia mau bicara
padaku. Padahal banyak orang
disekolah yang mengenalku sebagai
gadis yang sangat pendiam bahkan ada
yang sampai menyebutku bisu lah,
stress lah, tapi aku hanya
mengabaikannya saja. Setiap hari aku
juga tidak nyaman berada disamping
orang lain. Tapi kenapa sekarang
berbeda? Aku merasa sangat nyaman
memerhatikan ia bicara padaku.
Sebenarnya aku juga ingin
mengajaknya mengobrol. Tapi entah
mengapa saat aku ingin
berbicara,selalu
tertahan dibibirku.
Saat dikelas pun, Febri selalu
berbicara
padaku tapi aku tetap tidak
membalasnya. Beberapa saat setelah
bel masuk berbunyi, walikelas baru ku
datang dan langsung mengabsen murid
dikelasku hingga akhirnya ia menyebut
namaku "Ayana Shahab".
"Oh jadi nama kamu Ayana. Selain
namamu itu indah,namamu juga cantik
ya,
secantik orangnya." Bisik Febri sambil
tersenyum.
Kata-kata itu membuatku sedikit
kesal tapi aku juga senang karena
namaku adalah nama yang indah hingga
membuat jantungku berdebar-
debar, apalagi saat aku melihat
senyumnya. Aku tak mengerti
perasaan apa ini. Tapi yang jelas,
Febri
adalah orang pertama yang
mengatakan hal itu padaku.
2 bulan telah berlalu dan saat ini aku
dan Febri semakin dekat. Walaupun
aku
tak pernah sekalipun membalas ajakan
Febri untuk
berbicara dengannya, namun Febri
selalu
menceritakan masalah yang ia hadapi.
Dia bilang perasaanya menjadi lebih
lega setelah menceritakan semuanya
padaku. Aku tidak mengerti kenapa
aku merasa senang mendengar
perasaan Febri telah lega dan mengapa
jantungku ini selalu berdebar-debar
saat
berada didekatnya. Mungkinkah aku
jatuh cinta?.Aku ingin sekali
mengungkapkan perasaanku padanya,
tapi selalu tertahan di bibir ini.
Siang ini mentari bersinar sangat
cerah. Udara pagi yang tadinya sangat
sejuk sekarang berubah menjadi
sangat panas. Matahari terasa sangat
menyengat saat aku berjalan menuju
rumah. Dengan rasa lelah aku
percepat langkahku agar cepat
sampai rumah.
"Ayana, tunggu aku!" teriak Febri
dari
kejauhan lalu menghampiriku. Akupun
menghentikan langkahku.
Setiap pulang sekolah kami memang
selalu bersama. Tapi karena tadi aku
tidak melihatnya keluar dari sekolah,
jadi ku pikir dia telah pulang duluan.
"Jalanmu cepat juga ya?"
katanya dengan nafas yang terengah-
engah.
aku pun hanya tersenyum
"Heh, kenapa tersenyum, kamu suka
ya kalau aku kecapean gini?" tanya
Febri dengan nada sedikit mengejek.
Aku hanya terdiam memandanginya
sejenak lalu
melangkahkan kakiku kembali.
"Oh, Ayana, sebenarnya aku ingin
mengatakan hal ini sejak dulu tapi
aku takut kau marah. Tapi sepertinya
aku akan mengatakan hal ini searang
juga." Ucap Febri hingga membuat
langkah kami berdua terhenti.
"Sebenarnya sejak dulu aku
ingin sekali mendengar suaramu. Aku
tahu
kau tidak pernah bicara dengan orang
lain, karena itu aku jadi penasaran.
Setidaknya katakanlah satu kalimat
saja." Pintanya.
Aku sedikit kaget dengan permintaan
Febri. Sesaat aku terdiam dan
menundukan kepalaku.
"Aku…" kataku dengan suara yang
sangat kecil dan mengangkat
kepalaku secara perlahan. Aku tidak
ingin
mengatakannya. Tapi aku tidak bisa
menahannya.
"Ada apa? Apa kau ingin mengatakan
sesuatu?" Tanya Febri.
"Aku menyukaimu. Kau adalah cinta
pertamaku." Ungkapku pada
Febri.sontak akupun menutup mulutku
dengan
kedua tanganku, dan wajahku mulai
memerah.
"Akhirnya kau…." Febri tak
melanjutkan kalimatnya.
"Tunggu tunggu! Kau bilang apa tadi?"
Tanya Febri dengan wajah yang
terlihat
kaget.
Karena merasa malu aku segera
berlari meninggalkan Febri, sementara
Febri tetap terdiam mendengar kata-
kataku tadi.
"Dasar bodoh! Kenapa aku
mengatakannya tadi? Harusnya itu
tidak
terjadi." Gerutuku dalam hati dengan
wajah semakin memerah.
Aku merasa sangat malu telah
mengatakan hal itu walau tanpa
sengaja. Tapi perasaan senang juga
kurasakan karena akhirnya aku bisa
mengatakan sesuatu yang selama ini
sangat ingin kuutarakan pada Febri.
esok harinya, aku merasa tak
bersemangat untuk pergi kesekolah.
Aku takut Febri akan menjauhiku
karena kata-kataku kemarin. Namun
yang terjadi malah sebaliknya. Saat
aku akan pergi kesekolah tiba-tiba
Febri datang dan menarik tanganku.
Perasaan itu muncul kembali. Rasa
gugup disertai jantung yang berdebar
membuat tanganku bergetar.
"Meski suaramu kecil, tapi aku masih
bisa mendengar apa yang kau
katakan
dengan jelas." Kata Febri dengan
wajah
yang serius hingga membuatku
menjadi
takut.
"Karena kau sudah berani
mengungkapkan perasaanmu , maka
sekarang aku akan…" Febri berhenti
bicara, dan tanganku semakin
bergetar. Detak jantungku semakin
cepat dan keringat dingin mulai
bercucuran.
"Aku juga ingin mengatakan bahwa
sejak aku bertemu denganmu, aku
juga telah menyukaimu." Sambung
Febri
dengan menarikku ke dalam pelukanya.
Tanpa sadar aku meneteskan air mata.
Ini pertama kalinya aku menyukai
seseorang dan terbalaskan. Dengan
perasaan senang akupun membalas
pelukannya.
"Terima kasih." Jawabku.
Sejak saat itu kami mulai menjalin
hubungan sebagai sepasang kekasih.
Febri mengajariku bagaimana caranya
agar aku bisa memiliki teman hingga
aku mulai berani berbicara dengan
orang lain. Aku sangat senang bisa
menjadi pacarnya Febri, karena itu
aku
berjanji tak akan menyakitinya.
Karena aku sangat menyayanginya.
Because He Is MY FIRST LOVE.
END.
Pengirim :
Author By : Febri Hutomo
Twitter Anda : @Febri_United
Judul Cerpen Anda : My First Love
Inspiration By : Ayana Shahab
Kategori Cerpen :Romantis
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...