Kumpulan Cerpen dan Fanfict dari fans Fans JKT48 @story_48

My First Love

My First Love 

Inspiration By : Ayana Shahab


Hidup di dunia ini akan

terasa menyenangkan jika ditemani

seorang teman, sahabat, atau juga

kekasih. Tapi, jika kita tidak dapat

melakukannya hidup ini menjadi tidak

berwarna, sepi, tentu saja

menyakitkan.

Namaku Ayana Shahab. Tahun ini, aku

duduk di kelas 1 SMA. Hari ini adalah

hari pertamaku dimana aku akan duduk

dikelas baru, karna di sekolahku ini

setiap tahun kami selalu dipindah

kelas. Tujuannya agar kita semua bisa

saling kenal. Meski begitu, aku belum

bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Sejak berumur 9 tahun, aku tidak

pernah berbicara dengan siapapun

kecuali dengan orangtua ku sendiri.

Itu semua terjadi karna kematian

Ibuku. Ibu meninggal karena Ayahku

selalu bersikap kasar padanya. Setiap

hari Ayahku selalu berkata-kata kasar

pada Ibu. Ia selalu mengatakan bahwa

Ibuku adalah manusia yang tidak

berguna. Hingga akhirnya Ibuku

putus asa dan memilih untuk bunuh diri.

Sejak saat itu aku tidak berani

berbicara pada orang lain, karena

takut mereka tersinggung dengan apa

yang aku katakan.

"Bagaimana ini? Apa aku bisa

beradaptasi dengan lingkungan kelas

yang baru?" Gumamku sambil menghela

nafas.

Setiap tahun berjalan seperti ini,

memang membosankan hidup seperti

ini. Hidup yang dipenuhi akan

kesendirian dan tidak berwarna.

Aku menghentikan langkah sebelum

masuk kedalam sekolah. Kutatap langit

pagi yang indah dan luas, kuhirup

udara pagi hari yang sejuk seperti ini.

Tapi tetap aku masih belum megerti

dengan diriku sendiri, padahal dunia

ini begitu luas dan diisi dengan banyak

manusia. Tapi kenapa aku tidak berani

berbicara pada salah satu dari

mereka?

"Hmm… aku heran padamu, pagi-pagi

gini udah bicara sendiri" Ucap seorang

pria yang sedang berdiri disampingku

sembari ikut memandangi langit. Aku

hanya diam, tidak berani berbicara

padanya lalu beranjak pergi

meninggalkannya.

"Hey, kenapa kau pergi? Apa ada yang

salah dengan kata-kataku?" Tanya

pria itu dengan suara keras sehingga

beberapa siswa yang berjalan

melewati

gerbang sekolah melihatnya. Namun

aku mengabaikannya dan sesegera

mungkin berjalan menuju kelas

baruku.

Sesampainya dikelas, aku langsung

mencari tempat bangku. Kebetulan

masih tersisa satu meja dengan dua

kursi di deretan paling belakang.

Akupun segera duduk dibangku itu.

Semua orang terlihat sedang bertukar

ceritadengan teman-teman mereka,

ada yang kenalan, ada yang saling

bertukar pengalaman. Sementara aku,

hanya bisa duduk sembari memandang

mereka.

"Haha, kita bertemu lagi." Ujar

seorang pria yang tiba-tiba datang

dan duduk disebelahku.

Saat aku melihatnya ternyata dia

adalah pria yang tadi aku temui

didepan gerbang sekolah.

"Oh iya, Kenalin namaku Febri, siapa

namamu?" Ucap pria itu sembari

mengulurkan tangannya.

Aku hanya menatap uluran tangan itu,

namun tidak menjawab pertanyaannya.

"Hmm…, baiklah kalau begitu.

Sepertinya kamu belum mau bicara

denganku. Tapi aku boleh duduk disini

kan? Soalnya bangku lain udah penuh

nih, gimana boleh kan?" Ucap Febri

Aku tetap diam tidak menjawab

pertanyaannya, dan akhirnya Febri

menyerah mengajaku berbicara.

Aku heran kenapa dia mau bicara

padaku. Padahal banyak orang

disekolah yang mengenalku sebagai

gadis yang sangat pendiam bahkan ada

yang sampai menyebutku bisu lah,

stress lah, tapi aku hanya

mengabaikannya saja. Setiap hari aku

juga tidak nyaman berada disamping

orang lain. Tapi kenapa sekarang

berbeda? Aku merasa sangat nyaman

memerhatikan ia bicara padaku.

Sebenarnya aku juga ingin

mengajaknya mengobrol. Tapi entah

mengapa saat aku ingin

berbicara,selalu

tertahan dibibirku.

Saat dikelas pun, Febri selalu

berbicara

padaku tapi aku tetap tidak

membalasnya. Beberapa saat setelah

bel masuk berbunyi, walikelas baru ku

datang dan langsung mengabsen murid

dikelasku hingga akhirnya ia menyebut

namaku "Ayana Shahab".

"Oh jadi nama kamu Ayana. Selain

namamu itu indah,namamu juga cantik

ya,

secantik orangnya." Bisik Febri sambil

tersenyum.

Kata-kata itu membuatku sedikit

kesal tapi aku juga senang karena

namaku adalah nama yang indah hingga

membuat jantungku berdebar-

debar, apalagi saat aku melihat

senyumnya. Aku tak mengerti

perasaan apa ini. Tapi yang jelas,

Febri

adalah orang pertama yang

mengatakan hal itu padaku.

2 bulan telah berlalu dan saat ini aku

dan Febri semakin dekat. Walaupun

aku

tak pernah sekalipun membalas ajakan

Febri untuk

berbicara dengannya, namun Febri

selalu

menceritakan masalah yang ia hadapi.

Dia bilang perasaanya menjadi lebih

lega setelah menceritakan semuanya

padaku. Aku tidak mengerti kenapa

aku merasa senang mendengar

perasaan Febri telah lega dan mengapa

jantungku ini selalu berdebar-debar

saat

berada didekatnya. Mungkinkah aku

jatuh cinta?.Aku ingin sekali

mengungkapkan perasaanku padanya,

tapi selalu tertahan di bibir ini.

Siang ini mentari bersinar sangat

cerah. Udara pagi yang tadinya sangat

sejuk sekarang berubah menjadi

sangat panas. Matahari terasa sangat

menyengat saat aku berjalan menuju

rumah. Dengan rasa lelah aku

percepat langkahku agar cepat

sampai rumah.

"Ayana, tunggu aku!" teriak Febri

dari

kejauhan lalu menghampiriku. Akupun

menghentikan langkahku.

Setiap pulang sekolah kami memang

selalu bersama. Tapi karena tadi aku

tidak melihatnya keluar dari sekolah,

jadi ku pikir dia telah pulang duluan.

"Jalanmu cepat juga ya?"

katanya dengan nafas yang terengah-

engah.

aku pun hanya tersenyum

"Heh, kenapa tersenyum, kamu suka

ya kalau aku kecapean gini?" tanya

Febri dengan nada sedikit mengejek.

Aku hanya terdiam memandanginya

sejenak lalu

melangkahkan kakiku kembali.

"Oh, Ayana, sebenarnya aku ingin

mengatakan hal ini sejak dulu tapi

aku takut kau marah. Tapi sepertinya

aku akan mengatakan hal ini searang

juga." Ucap Febri hingga membuat

langkah kami berdua terhenti.

"Sebenarnya sejak dulu aku

ingin sekali mendengar suaramu. Aku

tahu

kau tidak pernah bicara dengan orang

lain, karena itu aku jadi penasaran.

Setidaknya katakanlah satu kalimat

saja." Pintanya.

Aku sedikit kaget dengan permintaan

Febri. Sesaat aku terdiam dan

menundukan kepalaku.

"Aku…" kataku dengan suara yang

sangat kecil dan mengangkat

kepalaku secara perlahan. Aku tidak

ingin

mengatakannya. Tapi aku tidak bisa

menahannya.

"Ada apa? Apa kau ingin mengatakan

sesuatu?" Tanya Febri.

"Aku menyukaimu. Kau adalah cinta

pertamaku." Ungkapku pada

Febri.sontak akupun menutup mulutku

dengan

kedua tanganku, dan wajahku mulai

memerah.

"Akhirnya kau…." Febri tak

melanjutkan kalimatnya.

"Tunggu tunggu! Kau bilang apa tadi?"

Tanya Febri dengan wajah yang

terlihat

kaget.

Karena merasa malu aku segera

berlari meninggalkan Febri, sementara

Febri tetap terdiam mendengar kata-

kataku tadi.

"Dasar bodoh! Kenapa aku

mengatakannya tadi? Harusnya itu

tidak

terjadi." Gerutuku dalam hati dengan

wajah semakin memerah.

Aku merasa sangat malu telah

mengatakan hal itu walau tanpa

sengaja. Tapi perasaan senang juga

kurasakan karena akhirnya aku bisa

mengatakan sesuatu yang selama ini

sangat ingin kuutarakan pada Febri.

esok harinya, aku merasa tak

bersemangat untuk pergi kesekolah.

Aku takut Febri akan menjauhiku

karena kata-kataku kemarin. Namun

yang terjadi malah sebaliknya. Saat

aku akan pergi kesekolah tiba-tiba

Febri datang dan menarik tanganku.

Perasaan itu muncul kembali. Rasa

gugup disertai jantung yang berdebar

membuat tanganku bergetar.

"Meski suaramu kecil, tapi aku masih

bisa mendengar apa yang kau

katakan

dengan jelas." Kata Febri dengan

wajah

yang serius hingga membuatku

menjadi

takut.

"Karena kau sudah berani

mengungkapkan perasaanmu , maka

sekarang aku akan…" Febri berhenti

bicara, dan tanganku semakin

bergetar. Detak jantungku semakin

cepat dan keringat dingin mulai

bercucuran.

"Aku juga ingin mengatakan bahwa

sejak aku bertemu denganmu, aku

juga telah menyukaimu." Sambung

Febri

dengan menarikku ke dalam pelukanya.

Tanpa sadar aku meneteskan air mata.

Ini pertama kalinya aku menyukai

seseorang dan terbalaskan. Dengan

perasaan senang akupun membalas

pelukannya.

"Terima kasih." Jawabku.

Sejak saat itu kami mulai menjalin

hubungan sebagai sepasang kekasih.

Febri mengajariku bagaimana caranya

agar aku bisa memiliki teman hingga

aku mulai berani berbicara dengan

orang lain. Aku sangat senang bisa

menjadi pacarnya Febri, karena itu

aku

berjanji tak akan menyakitinya.

Karena aku sangat menyayanginya.

Because He Is MY FIRST LOVE.

END.

Pengirim :
Author By : Febri Hutomo
Twitter Anda : @Febri_United
Judul Cerpen Anda : My First Love
Inspiration By : Ayana Shahab
Kategori Cerpen :Romantis


Tag:

Cerpen Ayana JKT48

Cerpen Ayana Shahab

Cerpen Ayana Terbaru

Unknown

I'm just newbie pentester and linux enthusiast

No comments :

Post a Comment

Leave a Comment...

Powered by Blogger.

About Us