Kumpulan Cerpen dan Fanfict dari fans Fans JKT48 @story_48

Smile

Bulan November menyapa kota

Jakarta, hujan masih saja turun

membasahi ibukota tercinta. Aku

memacu mobil sport hitamku menuju

pulang dari kampusku. Ketika itu

hujan cukup deras sampai akhirnya

aku terjebak macet.

Saat berjalan pelan aku melihat

seorang gadis sedang duduk temenung

di halte dengan raut muka ketakutan.

Aku langsung meminggirkan mobilku

lalu turun dan mendekati gadis itu.

Dia duduk termenung sambil

menitihkan air mata.

"Kamu kenapa?" Tanyaku padanya.

Dia hanya menoleh menatapku lalu

tersenyum "Aku tidak apa-apa kok."

Jawabnya sambil mengusap air

matanya.

"Mau aku antar pulang? Daripada

kamu nunggu di sini. udah hampir

malam loh." Kataku sembari duduk

disebelahnya, Dia menoleh dan

mengangguk pelan.

Sepanjang perjalanan suasana dingin

di mobilku, gadis itu hanya terdiam

sambil menatap layar android

miliknya.

"Sorry, kita belum kenalan ya?"

suaraku mengagetkannya. "Aku

Daniel Yovie. Panggil aja Yovie"

"Aku Haruka Nakagawa. panggil

Haruka ya." Katanya sembari

tersenyum.

Kupacu mobilku sesuai instruksi

Haruka hingga kami sampai di

sebuah rumah besar dengan banyak

ornamen Jepang menghiasi teras

rumah tersebut. Aku diajak masuk

oleh Haruka, saat di dalam rumah

aku baru sadar kalau ternyata

Haruka adalah orang Jepang asli.

Kupikir hanya namanya saja yang

Jepang.

"Mau minum apa, Yov?" tanyanya

sembari membereskan beberapa

bantal kursi yang berantakan.

Aku tersenyum dan berkata "Terserah

kamu aja". Lalu aku melihat

beberapa foto di meja hias, menarik

sekali.

Selang beberapa saat, Haruka sudah

kembali dari dapur dengan

membawa dua cangkir hot chocolate.

Aku yang melihat itu langsung

membantunya menaruh diatas meja.

Saat kami berbincang-bincang, aku

baru mengerti kalau Haruka orang

Jepang asli dan kesini karena harus

menemani neneknya yang sedang

sakit di rumah sakit. Kebetulan

neneknya lama tinggal di Indonesia.

****

Tak terasa sudah empat bulan aku

mengenal Haruka, sekarang aku dan

Haruka sudah seperti saudara.

Semakin hari semakin dekat saja aku

dengan Haruka.

"Yov, aku mau tanya sesuatu boleh?"

Tanya Haruka saat kami sedang

berjalan-jalan di sebuah taman.

"Tanya apa? Boleh kok" Jawabku

sembari menoleh ke arahnya. Dia

kemudian terdiam menatapku.

"Haruka? Kamu mau tanya apa?" Aku

bingung melihat tingkahnya yang

aneh.

"Hal apa yang kamu takuti di dunia

ini?" Haruka menatap mataku tajam,

sementara aku hanya tersenyum

kecil.

"Hmm..." Belum selesai aku

berbicara tiba-tiba Haruka menerima

telefon kalau neneknya berada

dalam kondisi kritis. Seketika itu juga

aku langsung mengantar Haruka ke

rumah sakit tempat neneknya

dirawat.

Di rumah sakit, Haruka harap-harap

cemas dengan kondisi neneknya

yang semakin menurun sehingga

harus di operasi. Haruka menangis,

aku reflek memeluknya erat. Aku

berbisik "Nenekmu akan baik-baik

saja Haruka, percayalah." Dia hanya

mengangguk dan membalas

pelukanku.

Selang 2 jam, aku dan Haruka masih

dalam keadaan cemas. "Aku takut

kehilangan nenekku, Yov." Haruka

berbisik padaku.

Kugenggam tangannya lalu

tersenyum, "Percayalah Haruka."

Dia lalu menyenderkan kepalanya di

bahuku. di saat bersamaan sang

dokter keluar dari ruang operasi

dengan ekspresi yang tidak enak.

"Dok, bagaimana keadaan nenek

saya?" Tanya Haruka pada sang

dokter.

"Mohon maaf..." Sang dokter

menghela nafas "Kami sudah

berusaha semampu kami tapi

rencana Tuhan berkata lain."

Mendengar itu Haruka langsung

menangis dan memelukku erat. Aku

mendekap tubuhnya, air matanya

membasahi dadaku. Aku mengerti

apa yang dirasakan Haruka karena

beberapa bulan lalu aku baru saja

kehilangan kakekku yang harus pergi

untuk selamanya.

Prosesi pemakaman nenek Haruka

sudah selesai. Sebelum meninggal,

neneknya memang sempat meminta

agar dikuburkan di Indonesia tidak di

Jepang karena sudah terlanjur jatuh

cinta dengan Indonesia.

Haruka masih saja bersedih. Dengan

tenang aku menggenggam tangannya

lalu tersenyum menatapnya. Haruka

menoleh memandangku, "Jangan

berlama-lama bersedih Haruka.

Nenekmu sudah tenang disana."

Haruka hanya tersenyum lalu

berdoa.

Setelah kepergian sang nenek,

Haruka jadi semakin dekat

denganku. Hubungan kamipun

semakin dekat, perlahan tapi pasti

aku mulai menyukainya. Namun aku

belum berani mengungkapkan

perasaanku padanya. Aku merasa

seperti laki-laki pengecut yang

bersembunyi di balik tembok

ketakutan yang tinggi.

****

Haruka harus kembali ke Jepang

untuk melanjutkan studinya yang

sempat terhenti karena harus

merawat neneknya. Namun saat dia

harus kembali, Haruka sempat

memintaku untuk mengantarnya ke

Bandara. Karena itu bertepatan

dengan jadwal kuliah aku tidak bisa

mengantarnya.

"drrr, drrr, drrr" Handphoneku

bergetar. Aku masih fokus dengan

arahan dosenku. "drrr, drrr, drrr"

Handphoneku kembali bergetar.

"drrr, drrr, drrr" semakin lama

semakin mengganggu konsentrasiku.

"drrr, drrr, drrr" Setelah setengah

jam berlalu Handphoneku masih

bergetar. Aku minta izin ke toilet,

kulihat 19 missed call dari Haruka

"drrr, drrr, drrr" Haruka kembali

menelpon dan aku langsung

mengangkat telepon tersebut. Namun

yang bicara bukan Haruka.

Aku kaget sekaget-kagetnya

mendengar berita dari orang tersebut

kalau Haruka masuk rumah sakit

karena mengalami kecelakaan. Aku

langsung memacu mobil sport hitam

milikku ke rumah sakit yang

disebutkan si penelpon.

Begitu sampai aku langsung menuju

ke ruang UGD, aku melihat seorang

gadis manis dengan perban yang

melingkar di kepalanya dan juga di

lengannya duduk cemas didepan

ruang UGD. Dia menoleh melihatku,

aku mendekat padanya.

"Kamu Yovie ya?" Tanya gadis itu.

"Iya. Kamu kenal aku?" Kataku

dengan raut wajah bingung.

"Oh tidak, aku yang menghubungi

kamu tadi. Soalnya aku bersama

Haruka saat kecelakaan dia

tergeletak di jalan dengan luka cukup

parah akibat tertabrak sebuah sedan

hitam, sambil memegang hape ini.

Dan nomor yang di tuju terakhir

nomor kamu, jadi aku telepon nomor

kamu." Jelas gadis itu kepadaku.

Tiba-tiba sang dokter keluar dari

UGD. "Bagaimana keadaan Haruka

dok?" Tanyaku cemas.

"Keadaannya kritis. Kami butuh

donor darah karena pasien

kekurangan darah akibat kecelakaan

tersebut." Jelas sang dokter.

"Golongan darah apa dok?" Tanyaku.

"O" Jawab sang dokter.

"Saya mau mendonor dok." Aku

memutuskan untuk mendonorkan

darahku untuk Haruka.

****

Aku cemas menunggu proses operasi

Haruka. Sementara gadis tadi hanya

duduk terdiam menatapku. Aku tidak

tahu harus melakukan apa, saat ini

yang ada di pikiranku hanya Haruka

saja.

"Nampaknya Haruka tidak salah

menyukai seseorang seperti dirimu."

Tiba-tiba gadis itu berkata.

"Apa maksudmu?" Aku mengeritkan

dahi sambil menoleh kearahnya. Dia

hanya tersenyum lalu menyuruhku

untuk duduk di sampingnya.

"Aku Rena. Aku ini salah satu sahabat

Haruka. Kami sama-sama orang

Jepang asli. Haruka sudah cerita

semua tentang kamu padaku." Kata

Rena padaku.

"Memang Haruka cerita apa soal

aku?" Aku semakin bingung.

"Intinya dia menyukaimu sejak

pertama kali kalian bertemu. Saat itu

Haruka sedih dengan keadaan

neneknya yang tidak kunjung

sembuh, sampai akhirnya dia

termenung di halte dan tanpa sadar

menitihkan air mata. Saat itu juga

kalian bertemu." Jelas Rena padaku.

"Haruka menilaimu sebagai seorang

yang perhatian, dan selalu ada

buatnya." Lanjut Rena.

Aku hanya terdiam mendengar

perkataan dari Rena. Sementara

mengerti Rena menyemangati dan

memberi harapan kalau Haruka pasti

selamat. Tak lama kemudian dokter

keluar dari UGD dan mengatakan

kalau operasi Haruka berjalan

lancar dan Haruka sudah sadar. Aku

langsung tersenyum sumringah

mendengar kabar dari dokter

tersebut.

****

Setelah dipindahan ke ruangan rawat

inap, kondisi Haruka terlihat

semakin membaik. Aku turut merasa

senang dengan membaiknya kondisi

Haruka, tapi sampai saat ini aku

masih belum berani mengungkapkan

perasaanku padanya.

"Aku bingung bagaimana harus

mengatakannya." Kataku pada Rena

saat kami berjalan menyusuri

koridor rumah sakit menuju ruangan

Haruka dirawat.

"Mengatakan apa, Yov?" Tanya Rena

padaku.

"Aku sebenarnya menyukai Haruka,

aku sayang sama dia. Aku nggak mau

kehilangan dia." Aku jujur pada

Rena.

"Hoo, itu toh masalahnya. Aku bisa

membantumu." Rena tersenyum.

Setelah sampai di ruangan Haruka,

tiba-tiba Rena mengatakan kalau ada

yang tertinggal dan dia buru-buru

keluar meninggalkan kami berdua.

Seketika aku merasa gugup dan

gemetaran, ada apa ini?

"Yov? Kenapa? Kok gugup gitu?" Bisik

Haruka dengan suara lemah.

"nggak apa-apa kok." Aku berusaha

menetralkan diriku meski tetap

keliatan canggung.

Haruka tertawa kecil, dan terdiam

sesaat. "Sebenarnya..."

"Aku menyukaimu Haruka. Aku

sayang sama kamu dan aku nggak

mau kehilangan kamu." Aku

memotong perkataan Haruka.

Tidak ada reaksi berarti dari

Haruka. Dia hanya terdiam. Aku

menggenggam dan mencium

tangannya. Dia menoleh kearahku

dan mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya aku juga menyukaimu,

Yov. Sudah lama sejak kita pertama

kali berjumpa waktu aku menangis di

halte itu." Kata Haruka tersenyum.

Aku benar-benar merasa senang,

bahagia, sekaligus bersyukur bahwa

ternyata cintaku tidak bertepuk

tangan. Haruka kemudian merubah

posisi menjadi duduk dan

menjulurkan tangannya padaku.

Mengerti, akupun langsung

mendekap Haruka erat sekali.

Kucium keningnya sebagai tanda

kalau aku benar-benar

menyayanginya. Haruka hanya

tersenyum malu lalu membenamkan

wajahnya di pundakku. Sedang

berpelukan tiba-tiba Rena masuk

kedalam dan memergoki kami sedang

berpelukan.

"Wah, Kalian ngapain?" Tanya Rena

polos dengan ekspresi melongo lucu

sekali.

serempak aku dan Haruka tertawa.

"Kok kalian ketawa sih?" Rena

semakin bingung dan mengaruk-

garuk kepalanya.

"Kamu itu lucu Rena!" Kataku.

"Iya, betul!" Timpal Haruka.

"Oh, aku mengerti sekarang. Kalian

sudah saling menyatakan cinta ya?"

Tanya Rena dengan ekspresi bingung.

"Tidak tau." Jawab Haruka.

"Loh, kok?" Rena semakin bingung.

"Rena kepo!!!" Balas Haruka.

Lalu kami tertawa berbarengan.

-TAMAT-

Pengirim :
Author By : Febri Hutomo
Twitter Anda : @Febri_United
Judul Cerpen Anda : Smile
Inspiration By : Haruka Nakagawa
Kategori Cerpen :Romantis

Gambar Untuk Cerpen Anda
http://www.jotform.me/uploads/guest_40701626279051/40701633082445/262058214123976600/HARUKA.jpg

Unknown

I'm just newbie pentester and linux enthusiast

No comments :

Post a Comment

Leave a Comment...

Powered by Blogger.

About Us