Kumpulan Cerpen dan Fanfict dari fans Fans JKT48 @story_48

Delman Hati

Delman Hati
Pagi ini aku kembali bergegas ke kampus, hiruk pikuk ibu kota telah biasa aku
lewati. Aku menantikan sebuah bus yang akan membawaku ke kampus. Selang beberapa
menit bus pun datang menjemput, seperti biasa bus yang aku naiki penuh sesak
dengan jubelan manusia dengan segala urusannya masing-masing. Setelah bus
berjalan beberapa saat akhirnya akan ada penumpang yang turun sehingga terdapat
bangku yang kosong dan kebetulan sekali bangku tersebut dekat denganku, tanpa
pikir panjang aku pun langsung duduk disitu. Saat aku menengok ke sebelah aku
melihat gadis cantik yang sedang asik dengan handphonenya.


Dia merasa risih selalu aku amati semenjak aku duduk di sampingnya 'mas lo
ngliatin apaan si?' 'ma, maa, maaf mba. Ya saya lagi ngliatin mba. Abis
mbanya cakep si' dia tidak menjawab dan kembali memainkan handophonenya.
'mba nya mau kemana emang?' 'penting ya mas nanya-nanya gitu.' Buset,
galak bener. Aku yang mendengar jawaban seperti itu sedikit kaget dan aku
memilih diam dari pada mengganggunya. Aku sampai di kampus dan meninggalkan
gadis galak tersebut.

Suatu hari minggu aku menarik delman wisata untuk menggantikan ayahku yang
sedang sakit. Saat itu lalu lintas begitu ramai tiba-tiba aku mendengar suara
seseorang yang sepertinya pernah aku dengar 'bang, muter-muter ya' ketika
aku membalikkan badan aku melihat gadis galak yang saat itu aku temui di dalam
bus bersama beberapa orang temannya. 'lho kamu? Kamu kusir delman?' 'iya
mba, kenapa?' 'oh, engga papa kok. Muter monas berapa?' '150' 'mahal
bener?' 'mau engga? Kalo engga mau cari yang lain silakan' dia pun pergi
meninggalkanku. Sengaja aku cuek, aku tidak ingin berpenumpang gadis seperti
dia, bisa-bisa sepanjang jalan telingaku selalu mendengar ocehannya.

Ketika aku akan segera pulang ke rumah tiba-tiba gadis itu kembali muncul
'mas, tunggu sebentar!' 'apa' 'mas jangan jutek kenapa, maafin aku
kemaren yah aku cuma engga suka aja ada orang yang sok kenal kaya kemaren'
'udah cuma ngomong gitu aja mba' 'mas tunggu!' dia menaiki delmanku
'mba, aku mau pulang udah malem' 'kalo kamu tetep mau cuek aku tetep
disini, aku ikut kamu pulang!' 'mba! Kalo di bilangin jangan ngeyel! Jangan
se enak jidat! Udah ngomel se enaknya sekarang minta maaf juga se enaknya!'
dia menangis, hal ini membuatku iba. Aku merasa bersalah setelah memarahinya
'loh mba kok nangis, mba maafin aku yah tadi maaf aku jadi marah-marah'
'engga papa kok mas yang penting mas maafin aku' 'iya udah aku maafin mba
deh yah, sekarang mba nangisnya berenti engga enak diliatin orang'
'beneran?' 'iya benran deh, ciyus!' 'makasih yah, boleh tau nama kamu
engga?' 'namaku Reqzi mba. Mba nya?' 'Aku Naomi, rumahmu dimana Zi?'
'Naomi? Bagus yah nama mba, kaya orang jepang hihi. Rumahku deket sini aja mba
kenapa' 'ya nama kamu juga bagus kok, jangan panggil mba deh jadi keliatan
tua banget tau. Deket sini? Sama dong, boleh ikut sampe rumah engga Zi' 'oke
deh Naomi, haah masa? Ya boleh banget lah'

Kami pun mulai berjalan, sepanjang jalan kami saling bercerita satu sama lain.
Ternyata dia orang yang baik dan jauh dari kesan galak yang kemarin dia
keluarkan dan hal ini membuatku merasa sangat nyaman meskipun baru mengenalnya.
Akhirnya sampai di rumahnya, ternyata rumahnya besar aku pun sedikit minder
melihat hal tersebut. Muncul gadis lain yang sangat mirip dengan Naomi dari
dalam rumah sembari tersenyum padaku. 'kaka kemana aja baru pulang jam
segini?' 'kaka abis ke rumah temen tadi, oh iya kenalin ini juga temen
kaka' 'Reqzi' 'Sinka' 'aku kira tadi kalian kembar tapi ternyata
kaka ade' 'iya Zi udah banyak yang bilang kaya gitu, eh mau mampir dulu
engga?' 'engga deh Mi besok-besok aja udah malem juga aku pasti udah di
tunggu ibuku' 'ya udah berapa Zi nyampe rumah?' 'eh engga usah Mi anggep
aja ini permintaan maafku juga yang udah bikin kamu engga nyaman di bus waktu
itu' 'beneran nih Zi?' 'iya bener kok' 'ok aku masuk dulu yah, ayo
sin' iya ka, mari mas' mereka bagai pinang di belah dua akan tetapi mempunya
sifat yang bagai air dan minyak karena Sinka saat aku lihat dia adalah gadis
yang pemalu. Aku senang bisa mengenal Naomi dan Shinka 2 gadis yang cantik dan
baik.

Beberapa hari setelah hari itu 'Reqzi!' 'iya bu ada apa?' 'itu di
depan ada yang nyariin kamu anak cewek cakep. Temen kampus ya?' 'anak cewek?
Cakep? Naomi?' 'namanya Naomi? Temen kampusmu bukan' 'nanti aja ya bu
jelasinnya aku mau temuin dulu.' Aku keluar menuju kedepan rumah untuk menemui
orang yang mencariku dan ternyata benar seperti dugaanku, dia adalah Naomi.
'lho Mi kok kamu kesini? Kamu tau rumah aku dari mana? Maaf yah rumah aku
berantakan hehe, engga bagus juga Mi' 'Reqzi, reqzi. Aku pengen main aja
kesini emang gimana cara aku nyariin kamu punya kontakmu aja engga, aku tau
rumah kamu tadi nanya-nanya tetangga. Ah jangan minder gitu deh Zi ga baik
tau' 'iya si eh Mi mau minum apa ?' 'engga usah lah Zi jadi ngrepotin'
'engga papa kok Mi, bentar yah aku bikini minum dulu. Aku pun kebelakang
dengan senyum yang terpancar di wajahku. Mimpi apa aku semalam seorang bidadari
rela mencari gubuk kecil hanya untuk menemuiku.

Setelah saat itu intensitas kedatangan Naomi semakin meningkat dan kedatangannya
selalu bersama Shinka. Aku merasa senang dengan kedatangan mereka. Tanpa sadar
aku mulai menyimpan perasaan terhadap Naomi. Hal itu yang membuatku terkadang
hanya bisa tersenyum sendiri saat membayangkan seorang gadis galak yang aku
temui di dalam bus menuju kampus.

Semakin lama perasaan ini semakin besar dan semakin menyiksa. Tapi aku tidak
mampu untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Aku hanya lah seorang anak kusir
yang tidak mungkin mendapatkan cinta dari seorang Naomi. Hari demi hari aku
lewati dan semakin hari kami semakin akrab sampai akhirnya Naomi mengungkapkan
sesuatu kepadaku 'Zi aku mau bilang sesuatu' aku yang mendengar hal itu
langsung menanggapi dengan semangat 'iya Mi tinggal ngomong aja' 'jadi
gini sebenernya Shinka itu beberapa tahun yang lalu dia ngalamin kecelakaan,
kepalanya ke bentur yang ngebuat dia sedikit cacat mental' 'haah jadi Shinka
sebenernya sakit? Kok engga pernah keliatan' 'ya itu lah dia, dia selalu
bersemangat yang membuatnya tidak terlihat mempunyai masalah. Reqzi dia suka
sama kamu' 'apa!! Shinka suka sama aku?' 'iya sejak pertama liat kamu
dia udah suka, dia sering menyuruhku mencari tau tentang kamu, dan dia juga
pengen selalu ketemu sama kamu Zi. Reqzi aku mohon' ungkapnya dengan mata yang
berkaca-kaca. Hal ini membuatku bingung, di satu sisi aku merasa kasihan
terhadap Naomi tapi di sisi lain aku harus menghancurkan perasaanku terhadap
Naomi dan pergi bersama Shinka yang sebenarnya aku anggap tidak lebih dari
seorang adik sahabatku. Ini menjadi sebuah dilema 'Mi aku boleh minta waktu
buat mikirin semuanya?' 'iya deh Zi, aku mohon yah.'

Aku berpikir keras, sulit bagiku untuk memutuskan hal seperti ini. Apakah aku
rela untuk mengorbankan hidupku untuk orang lain yang aku sendiri tidak
mempunyai perasaan terhadapnya. Tapi jika ini tidak aku lakukan bagaimana
perasaan Naomi? Aku tidak sanggup melihatnya sedih. Terlebih aku sadar aku
adalah sosok yang tidak pantas untuk memilih. Sampai akhirnya keesokan harinya Naomi kembali datang ke rumahku 'Zi gimana udah bisa nentuin jawabannya?' 'udah. Gini Mi yang pertama jujur justru orang yang aku suka itu kamu, kamu Naomi' 'Zi kamu suka sama aku?' 'iya Mi aku suka sama kamu, aku sadar betul aku ini siapa sehingga aku engga pernah
ngungkapin sama perasaanku sama kamu' 'Zi maafin aku yah, maaf' 'engga
papa kok Mi, aku lanjutin yah. Yang ke dua aku engga bisa pacaran atau bahkan
menikah dengan Shinka di suatu hari. aku bilang kaya gini bukan karena penyakit
yang diderita dia. Aku ngomong gini karena aku engga bisa jalanin hidup sama
orang yang sebenarnya aku sendiri engga punya perasaan lebih terhadapnya. Aku
taku engga bisa bahagiain dia Mi, jadi maaf yah Mi aku engga bisa' dia
memelukku erat dan menangis di pelukanku. Dia meminta maaf atas kekurang
pekaannya terhadap perasaanku dan sudah memaksaku untuk menjalin hubungan bersama adiknya. Selepas hari itu Naomi tidak pernah lagi datang ke rumahku, aku mencoba mencari
tau ke rumahnya dan yang aku liat adalah sebuah papan bertuliskan rumah di jual.
Aku merasa sedih dan kehilangan sosok Naomi. Hingga saat ini aku pun tidak
mengetahui keberadaan Naomi Pengirim :
Author By : Reqzi Syahrial
Twitter Anda :
Judul Cerpen Anda :
Inspiration By :
Kategori Cerpen :Sedih

Unknown

I'm just newbie pentester and linux enthusiast

No comments :

Post a Comment

Leave a Comment...

Powered by Blogger.

About Us