Kumpulan Cerpen dan Fanfict dari fans Fans JKT48 @story_48

Sepotong Kalimat Sebuah Buku

Sepotong Kalimat Sebuah Buku
Aku Indra seorang siswa kelas 3 SMA yang sedang dilanda dilema tentang drama percintaan yang rumit dan ujian sekolah yang semakin mendekat. Hari ini adalah hari minggu, aku merasa tidak ingin melakukan apapun selain tertidur hingga mentari naik ke peraduannya semakin jauh. Suasana mendung yang menyelimuti hari itu mendasari semuanya. Saat-saat seperti ini adalah saat paling mudah untuk seseorang masuk kedalam lamunan sesuatu hal yang menurutnya special, galau zone.
Sebutanku untuk sebuah waktu yang membuatku teringat pada sosok gadis yang hilang belum ku ketahui hingga saat ini. Jessika veranda, adalah gadis manis, teman masa kecil, sekaligus seseorang yang aku harap bisa menjadi masa depanku kelak. Suatu ketika dia pergi dari rumah bersama ayahnya karena kedua orang tuanya yang bercerai. Saat-saat itu adalah saat dimana aku bisa benar-benar merasakan suatu kesedihan yang terpancing dari sebuah memori masa lalu yang tidak bisa aku lupakan. Tuhan, mengapa engkau pisahkan kami? Jika memang dia menyimpan tulang rusukku di dalam tubuhnya tolong kembalikan dia ke dalam lingkunganku kembali, dengan seperti itu paling tidak masih ada kesempatan bagiku untuk menemukannya. Hingga saat ini aku belum pernah mempunyai perasaan berlebih terhadap seseorang, selain jessika yang pada saat itu pergi ketika aku merasakan betapa senangnya memiliki teman idaman seperti Jessika .

Aku sulit untuk melanjutkan pejaman mataku, aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurku yang nyaman untuk menuju ke rumah Doni temanku. Ku raih handphoneku untuk memberitahukan kedatanganku padanya. Saat aku melihat layar handphoneku, ku lihat samar terdapat sebuah pesan masuk, lalu aku menggapai kaca mataku untuk memperjelas pesan masuk tersebut. Ternyata pesan tersebut berasal dari seorang Frieska. Frieska adalah seorang sahabat baik ku, dia selalu mengerti betul kapan saat harus berada di samping sahabatnya. 'Ndra, bisa nemenin gue hari ini engga?' aku pun membalasnya 'Nemenin kemana Ka?,' dia mebalasnya 'Ke toko buku, gue lagi nyari buku bahasa indo terbitan ******** tapi minggu kemaren udah abis, bisa ngga ndra please?' 'Oke deh, ketemu di tempat biasa yah'

Aku pun segera mandi dan bersiap untuk bertemu Frieska di taman kita biasa bertemu, aku pun melupakan tujuan awalku yang akan bermain ke rumah Doni. Sesampainya di taman aku sudah melihat sosok Frieska yang sedang duduk dengan sesekali melihat jam tangannya

'Lagi nungguin siapa neng?' ledekku

'Ah Indra, ya nungguin lo lah siapa lagi coba? lo luluran dulu ye lama bener nyampe nya ya ampun'

'Eits jangan salah, gue engga luluran lah. Tapi massage hahahaha'

'Dasar emang engga pernah berubah lo Ndra tetep aja gesrek haha'

Kami pun beranjak dari taman yang rindang menuju toko buku, hari minggu memang sangat berpengaruh terhadap berbagai tempat, salah satunya toko buku ini, sangat ramai dengan jubelan manusia yang sedang mencari ilmu dari tumpukan kertas yang disebut buku. Pantas aja buku yang di cari Frieska engga ketemu minggu lalu, sumpeg banget! 'Duh, nyari di tempat laen aja deh Ka, gila ini tu rame banget'

'Sabar dong Ndra, bentar gue nyari dulu, lo tunggu di luar dulu deh dari pada bawel kaya emak-emak'

'Yee lo di temenan malah gitu, gue tinggal mau?'

'Haha becanda Ndra ya ampun, jangan ngambek deh peace'

Sembari menunggu Frieska mencari buku aku mencoba membaca beberapa buku yang letaknya sedikit jauh dari kerumunan. Ketika aku membaca sebuah buku, terdapat suatu hal yang membuatku terhenti dalam sebuah cerita, ada satu kalimat yang benar-benar menarik perhatianku 'nantilah seseorang yang benar-benar mampu melumpuhkan hatimu, dimanapun dia berada, selama semua masih objektif.' Hal ini mengingatkanku pada sosok Jessika yang tidak aku ketahui keberadaannya dan menurut buku ini selama masih objektif kita berhak untuk menanti. Dan pertanyaanpun muncul dalam otakku, bagaimana bisa aku menunggu seseorang yang tidak aku ketahui kabar serta keberadaannya selama bertahun-tahun?, apa aku akan menjadi perjaka tua hanya untuk menantikan Jessika jika Jessika tidak akan kembali kutemui di sisa hidupku?

'Hey, lagi ngapain lo? Bayangin gue ya haha' ungkap Frieska yang mengagetkan dan membuyarkan lamunanku

'Ish pede bener lho Ka, engga kok'

'Alah jujur aja deh, lo tu dari tadi senyum-senyum sendiri, lo kira gue engga liatin, jangan-jangan lo udah gila ya? Hahaha'

'Jangan keras-keras! gue gila juga gara-gara lo yang ngajarin'

'Enak aja, udah yok, ni gue udah dapet'

'Seberapa penting si buku itu Ka? Sepenting gue kah haha'

'Lo tu ye haha, pede amat ya ampun, udah yuk. Ndra ke taman lagi yuk abis ini'

'Jelas, kalo engga pede ya bukan gue haha. Sambil duduk minum es enak kayanya nih'

'Ya udah ntar gue beliin deh yuk'

'Alhamdulillah emang kalo udah rejeki itu engga bakal kemana haha'

Kami pun bergegas menuju taman untuk duduk sembari menikmati es di bawah rerimbunan pohon yang menyejukan. Kami bercanda dan saling bergurau.

'Ka, kalo gue pergi ke luar kota lo pasti bakal kesepian kan? Gue niatnya mau kuliah di luar kota, jangan masuk kangen yah haha'

'Indra, lo serius mau ke luar kota?'

'Iya lah gue serius, tapi kan lulus aja belom itu masih sebuah wacana'

'Kenapa engga disini aja Ndra? Disini juga banya universitas bagus kok, engga kalah mentereng kan sama univ di luar'

'Ya abis gue bosen disini terus, gue pengen nyoba hidup mandiri'

'Oh semoga sukses yah Ndra' ungkapnya sembari tersenyum

Matahari mulai turun dari peraduannya, yang menandakan hari sudah mencapai senja, kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Masih terpikir sebuah kalimat yang tadi siang aku baca. Aku merenung dan mencari hal apa yang tepatnya harus aku lakukan mulai detik ini dan beberapa waktu yang akan datang. Aku sadar hidup tidak hanya masalah cinta, tapi tanpa cinta kita pun tidak dapat hidup, terlebih hanya seorang Jessika yang selalu menyeruak masuk ke dalam pikiranku.

Aku menyukai musik, ini yang membuatku mengikuti les musik 2 kali seminggu. Sepulang sekolah aku langsung menyiapkan peralatan yang akan aku bawa

'Jangan ngebut-ngebut Ndra!!'

'Iya mah, aku berangkat dulu yah'

Musik menjadi salah satu pilihan hidupku, karena di samping bakat aku juga merasa dengan musik segala hal yang sulit terdefinisi dapat melebur menjadi kesatuan melodi indah yang dapat membuat setiap penikmatnya meng anggukkan kepala. Hal yang mungkin saja bisa membuatku lupa sejenak akan sosok Jessika.

Sesampainya di tempat les aku sempat berharap kehidupanku bisa terjadi seperti dalam sebuah cerita dimana akan ada seoarang murid baru yang ternyata dia adalah Jessika, sosok yang sangat aku cari. Tapi itu hanya karangan imajiner yang tidak bisa menembus tembok hukum kebenaran dunia setelah aku lihat faktanya di dalam kelas hanya terdapat muka-muka lama yang sering aku lihat. Sedikit kecewa karena memang akhir-akhir ini aku sangat di forsir dengan pikiran tentang seorang Jessika Veranda. Tapi hal itu tidak boleh menyurutkan semangatku untuk les sore ini.

Sepulang dari les aku langsung menuju ke rumah, 'Ndra tadi Frieska kesini nyariin kamu'

'Laa bukannya dia udah tau aku les'

'Katanya mau ngomong penting, tapi mamah juga engga tau dia mau ngomong apa, waktu mamah tanya mau ngomong apa dia jawab mau ngomong langsung aja sama kamu'

Ada apa yah? Engga biasanya Frieska kaya gini. Berhubung hari sudah sore aku putuskan untuk bertemu dengan Frieska esok hari sepulang sekolah. Malam ini aku masih melamun terhadap bayang-bayang seorang Jessika yang tidak aku ketahui keberadaannya, aku selalu berdoa agar kelak di suatu hari bisa di pertemukan dengan sosok Jessika. Mungkin hal dengan kemungkinan terbesar yang dapat terealisasi pada saat ini adalah melalui mimpi, semoga.

Esok hari selepas pulang sekolah aku langsung menuju rumah Frieska untuk mencari tau sesuatu apa yang sedang terjadi padanya. Ketika aku sampai di rumahnya yang aku jumpai hanya sosok ibunya. Menurut ibunya Frieska memang akhir-akhir ini sering murung dan jarang keluar kamar, sepulang sekolah pun dia tidak langsung pulang, hal ini terjadi mulai kemarin. Mendengar hal ini aku menjadi sedih dan khawatir terhadap apa yang terjadi pada Frieska, aku langsung kembali mengendarai motorku untuk mencari Frieska.

Aku mencoba menghubungi teman-teman yang sering bersama frieska, tapi semuanya nihil, aku tidak mendapat satu informasipun mengenai keberadaan Frieska. Aku mencoba mencari di tempat-tempat yang biasa dia datangi. Benar saja aku menemukannya di taman tempat kami biasa bermain, aku mencoba mendekat dengan perlahan karena aku tidak ingin membuatnya kaget dengan kehadiranku. Lirih aku mendengar dia menangis, oh tuhan apa yang terjadi pada sahabatku ini.

'Frieska? Lo kenapa gue…' belum tuntas apa yang aku katakana dia memelukku erat

'Ka, lo kenapa si? Cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu, kita kenal kan engga cuma kemaren' dia tetap menangis dan bahkan tangisannya semakin menjadi-jadi yang membuatku semakin bingung

'Ya udah deh, kalo lo belum bisa cerita engga papa. Kapanpun lo pengen cerita, gue selalu siap kok'

'Indra, aku sayang kamu!!' ucapnya

'iya-iya, gue juga sayang lo kok Ka'

'Beneran Ndra?'

'Ya sayang sebagai sahabatkan?'

'Ndra lo emang engga pernah peka sama perasaan cewe!' ucapnya sembari pergi meninggalkanku, aku pun tidak tinggal diam dengan apa yang di lakukan Frieska, aku mengejarnya dan menarik tangannya kembali

'Ka, maksud lo apaan si?'

'Engga papa Ndra'

'Ayo lah Ka,jujur sama gue, ya udah kalo pun lo pengen gue ngerti apa yang lo omongin lo jangan kabur gini, lo harus duduk biar gue mikir sebentar'

'Engga Ndra, sory udah sore' mendengar ucapannya yang mungkin seperti tidak ada yang bisa membendung untuk meninggalkanku

'Ka? Lo suka sama gue? Lo suka lebih dari sekedar temen? Lo care sama gue?' dia yang mendengarku lalu berbalik ke arahku

'Ndra, sory gue punya perasaan lain yang lebih dari temen ke lo, gue sedih waktu denger lo bakal pergi abis lulus kuliah, gue ngerasa lo bakal tinggalin gue'

'Ka, setiap orang berhak atas perasaannya, apapun itu. Dan lo juga berhak suka sama gue, kepergian gue juga masih lama Ka, kan kita bisa sms an atau mention-mentionan'

'Cepet atau engganya lo udah pasti bakal ninggalin kota ini kan, bakal ninggalin gue kan'

'Sementara Ka, nantinya juga kalo libur gue balik kesini dan bakal ketemu lo, kita bisa main bareng lagi. Oh iya ka buat perasaan lo yang lo sayang lebih dari sekedar teman ke gue… Ka, gue gamau kita ngerusak persahabatan kita yang udah lama terjalin buat sebuah hubungan yang bisa merusak pesahabatan itu suatu hari…' kembali dia memotong kata-kataku

'Jadi lo nolak gue? Makasih ndra udah kasih jawaban' dia meninggalkanku

'Eh tapi kita kan masi bisa…' dia telah pergi mengendarai motornya. Selepas hari itu aku merasa hidupku bertambah berat dengan beban pikiran sosok Frieska. Aku engga bisa nerima Frieska, karena hatiku masih menantika sosok Jessika, aku benar-benar ingin melakukan seperti kalimat pada buku tersebut. Kalo pun aku menerimanya, aku sama saja membohonginya, karena perasaanku tidak untuk dirinya, tapi aku bingung, setelah hari tersebut Frieska berubah total dia tidak pernah menghubungiku, mencariku, atau bahkan bertemu untuk sekedar say hello, sepertinya dia memang sengaja menjauhiku. Aku sangat ingin mencarinya tapi dia sangat hafal dengan kebiasaanku, tempat dan hal apa yang akan aku lakukan ketika mencarinya sehingga dia melakukan hal yang berbeda dengan kebiasaannya.

Aku mencoba kembali menjalani hidup normal tanpa seorang Frieska yang aku harap sudah dapat melupakan perasaan cintanya terhadapku. Dalam hatiku sebenarnya aku ingin menemuinya dan menjelaskan padanya tentang perasaanku yang mencintai seorang Jessika, tapi aku yakin itu bukan lah hal yang baik, lagi pula mencarinya saja aku bingung.

Kelas 3 adalah kelas yang paling sibuk, sudah jelas dikarenakan seorang murid kelas 3 akan bertarung dengan soal ujian yang akan menentukan hidup matinya di sekolah tersebut. Hal lain selain pelajaran pun sedikit aku kesampingkan, termasuk masalahku dengan Frieska dan perasaanku terhadap seorang Jessika.

Beberapa hari ujian telah aku lalui, semoga hasilnya sesuai rencana dimana aku lulus dengan nilai yang mencukupi untuk masuk perguruan tinggi yang aku impikan di luar kota. Saat memikirkan hal tersebut aku kembali teringat sosok Frieska yang menentang kepergianku ke luar kota. Aku pun mengerti rasa kehilangannya setelah mengetahui perasaannya terhadapku, tapi aku tidak memiliki perasaan yang sama seperti Frieska. Hal ini dikarenakan masih ada sosok Jessika, jika tidak ada Jessika aku mungkin bisa saja menerimanya pada saat itu dan berpikir ulang tentang rencana awalku.

Suatu pagi ketika aku terbangun dari tidur, tiba-tiba mamahku memberiku sepucuk surat yang dikirim oleh Jessika. Apa aku mimpi? Ataukah melamun seperti biasanya? Sosok yang aku cari, seperti mengetahui apa yang ada di dalam benakku yang selalu menantinya. Aku buka surat tersebut

Indra

Apa kabar Indra? Masih ingat aku? Aku Jessika teman mainmu sewaktu kecil. Dulu kita sering main bareng waktu rumah kita sebelahan. Oh iya aku sekarang tinggal di Jogja, disini aku bersekolah sambil membantu ayahku bekerja. Tujuanku mengirim surat ini adalah untuk memberitahukan bahwa aku akan segera menikah selepas lulus SMA. Aku harap kamu bisa dateng yah Ndra ke jogja, nanti aku kirim undangan beserta alamat lengkap rumahku. Aku tunggu Ndra

Sahabat kecilmu Jessika



Hatiku merasa ter iris membaca surat tersebut, fakta yang ku dapat setelah penantianku selama ini benar-benar tidak sesuai harapan. Kenapa harus kamu si Jes? Kenapa!! Aku tunggu kamu kasih kabar, kabar udah dateng tapi ternyata. INI KABAR PERNIKAHANMU!

Aku bingung harus bagaimana terhadap perasaanku yang terlalu mendalam dan cenderung meningkat ketika melihat surat dari seorang Jessika dan serasa di banting ketika melihat isi dari surat tersebut. Aku sedih, sulit untukku melupakan apa yang sudah sangat aku idamkan sedari dulu.

Beberapa hari aku merasa hilang semangat, belum aku pikirkan akan datang atau tidak pada hari pernikahan Jessika, selain jauh perasaankupun masih sulit untuk menerimanya. Saat seperti ini adalah saat dimana aku sangat membutuhkan seorang Frieska, iya Frieska!! Aku mencoba menanyakan keberadaannya melalui sms, tapi seperti biasa dia juga tidak membalasnya. Aku semakin khawatir aku juga akan kehilangan sosok Frieska. Apa aku juga sebenarnya mencintai Frieska tapi saat itu aku menomor duakan setelah sosok Jessika? Oh god!! Aku sangat jahat bila itu yang sebenarnya terjadi. Tapi akupun masih belum sepenuhnya mengerti mengapa pikiran seperti itu muncul saat aku berada dalam masa terbawah di hidupku.

Aku putuskan hari itu untuk mencari Frieska ke beberapa tempat, salah satunya toko buku tempat aku menemani Frieska membeli buku dulu. Tanpa sadar aku mencari buku yang berisi sebuah kalimat yang amat sangat aku pegang hingga akhirnya aku jatuh di posisi seperti ini. Aku temukan di bagian bawah buku-buku yang lain, aku mencari letak kalimat itu. Ternyata setelah kalimat itu terdapat kalimat lain lain yang melanjutkan kalimat tersebut tapi mematahkan anggapanku terhadap kalimat tersebut. 'Jangan pernah kecewakan orang-orang disekitarmu, karena bisa saja orang yang kamu nanti berada dekat denganmu tapi tidak kamu sadari'

Ya tuhan apa itu Frieska? Agak sedikit konyol memang karena kehidupanku yang terlalu percaya terhadap sebuah buku. Tapi aku rasa semua yang di tulis di buku ini benar. Mungkin aku benar menomorduakan seorang Frieska setelah Jessika. Setelah membaca buku itu aku menuju rumah Frieska untuk benar-benar mencari tahu kemana sebenarnya Frieska pergi. Sesampainya di rumah Frieska aku hanya bertemu sosok ibunya

'Tante, frieskanya ada?'

'Lho nak Indra tidak tau? Frieska abis ujian dia pergi ke luar negeri ikut papahnya disana, dan rencanaya dia juga akan kuliah disana'

Mendengar hal itu membuat hatiku semakin morak-marik tidak karuan, aku sangat terpukul dengan 2 kabar yang tidak ada satupun yang berpihak padaku

'Lho tan, kok dia engga ngasih kabar? Saya sms juga engga pernah di bales sama sekali tan'

'Nak Indra belum tau kabarnya juga. Frieska itu di jambret, seisi tasnya hilang termasuk handphone. Nak Indra tidak di beritahu nomor barunya?'

'Astaghfirullah, tapi FRieska engga kenapa-kenapa kan tan? Engga tan, boleh minta nomornya engga?'

'Iya dia baik-baik aja kok nak Indra Cuma sedikit shock, tapi sekarang udah baikan,ini nomornya' sambil memberikan handphonenya padaku

'Oh ya udah tan makasih, saya pulang dulu tante' sepertinya Frieska benar-benar amat membenciku.

Sesampainya di rumah aku mencoba menghubunginya lagi tapi seperti biasa dia tidak membalas pesan singkat yang aku kirim, ketika hendak aku telephone dia buru-buru me rejectnya. Hal ini benar-benar sangat membuatku belajar, sekecil apapun perbuatan kita, jika memang perbuatan itu salah, kita akan menuai hasil buruknya dua kali lipat dari yang kita perbuat.

Nilai ujianku tidak mencukupi untuk dapat masuk di perguruan tinggi favoritku, dan akhirnya aku melanjutkan kuliah di dalam kota. Hal ini semakin melengkapi kesendirianku tanpa bawelan sosok Frieska yang biasa aku dengar. Aku harus menjadi lebih kuat, semoga di depan aku bisa menemukan sosok yang bisa membuatku lupa akan semua hal yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Dan tidak membuat kesalahn ceroboh untuk kedua kalinya.










Pengirim :
Author By : Reqzi Syahrial
Twitter Anda : @syahrialreqzi
Judul Cerpen Anda : Sepotong Kalimat Sebuah Buku
Inspiration By : Jessika Veranda dan Frieska
Kategori Cerpen :Galau

Gambar Untuk Cerpen Anda

Unknown

I'm just newbie pentester and linux enthusiast

No comments :

Post a Comment

Leave a Comment...

Powered by Blogger.

About Us