"Aahhhhhh" teriak gadis cantik berpostur gemuk saat melihat puluhan cacing tanah di bekal makanan nya
"Hahaha makan aja Sin, sama cacingnya tuh sekalian! Itung itung biar lu kurus" cerca Jasmine, yang merupakan ketua Genk Beauty dengan nada datar tapi menyakitkan hati
"Betul tuh, apa mau di tambah cacing pita sekalian?" tambah seorang gadis cantik bernama Aurel
Sinka yang merupakan gadis gendut itu hanya mematung, di tatap nya Jasmine, Aurel, Nindya, dan Mashi dengan tatapan kemarahan
"Napa loe liatin gue? Loe ngiri ma gue yang putih, cantik dan langsing ini? Lagian sih loe udah gendut, jelek lagi" bentak Mashi sambil mendorong Sinka hingga terjatuh membentur papan tulis
"Gue salah apa sih sama loe semua? Napa loe bully gue?" tanya Sinka dengan wajah memelas
"Yakin loe mau tau?" Ujar Aurel, Sinka mengangguk
"Loe tuh gendut! GE-EN-DE-U-TE. Selain itu, loe juga pelit ma kita kita! Kita liat contekan kagak boleh, minta traktir makan bakso di kantin loe gak mau bayarin. Nyadar woy!" teriak Jasmine di telinga Sinka
"Tapi.."
"Apa? Mau ngadu ma guru? Ngadu aja! Paling juga guru gak bakal hukum gue. Secara gitu, papa gue kan pemilik sekolah ini"
"Mulai besok, loee harus ngerjain pr Genk Beauty, kalo enggak loe akan dapet balasan yang lebih parah"
Genk Beauty pergi meninggalkan Sinka sendirian yang sedang tersenyum menyeringai seperti 'Jeff The Killer' si pembunuh terkenal itu
Begitulah yang di rasakan Sinka setiap harinya. Bully, bully, dan bully! Hal itu membuat Sinka depresi dan akhirnya ia pindah sekolah dan menjadi penyendiri akibat masalahnya itu!
"Sinka, kamu kenapa makan salad itu lagi? Pagi salad, siang salad, malam salad, besok salad, setiap hari salad! Makan nasi Sinka. Emangnya kamu kambing makan begituan mulu?" teriak ayah Sinka. Mendengar omelan ayah nya itu, Sinka hanya terdiam dan melanjutkan makan saladnya tanpa mempedulikan teriakan sang ayah
"Dasar anak tak tau diri!"
PRAANGG
Sinka membanting piring hingga pecah
"Urusi saja nenek tua itu! Kasih dia racun, agar ayah bisa menguasai hartanya. Jangan ikut campur urusan ku!" kata Sinka
"Kamu ngomong apa? Gila kamu Sinka! Kalau gak ada ayah sama nenek kamu tuh jadi gembel! Ibu mu saja kawin lagi dengan orang lain. Siapa yang mau ngurusin kamu?"
"Itu karena ayah kurang kaya! Udah racunin saja nenek tua itu!" sahut Sinka sambil melahap saladnya
PLAAKKKK
Tamparan keras hinggap di pipi Sinka, ayah Sinka begitu murka pada anaknya itu! Lalu ia melemparkan piring berisi salad itu ke lantai hingga berceceran
"Jangan kau makan makanan bodoh itu lagi! itu membuatmu tampak aneh! Cepat minum obat mu! Sinka!" ujar ayah Sinka lalu pergi meninggalkan Sinka
"Minum obat itu lagi? Aku tidak gila ayah! AKU TIDAK GILA!" teriak Sinka
Habis itu, Sinka bangun dan memunguti salad yang bercecer itu lalu memakan nya dengan lahap
Beberapa waktu kemudian..
Sinka melihat cermin, ia sungguh mengagumi wajah nya yang sekarang ini. Yap! Sinka sudah berubah total! Dari yang gendut dan jelek menjadi langsing dan sangat cantik
"Wajahku? Tubuhku? Hahahaha aku? Aku cantik dan langsing? Tunggu pembalasan ku Genk Beauty! I kill you" ujar Sinka sedikit menyunggingkan senyum
3 tahun kemudian..
RENA P.O.V
Tahun ajaran baru di mulai, di SMK Pelita Jaya ini merupakan sekolah yang sangat ter-favorite di kota Jakarta, sungguh bxeruntung aku bisa masuk di sekolah ini!
"Senangnya" ucap ku girang begitu melewati gerbang sekolah. Aku berhenti sejenak, tiba tiba pandangan ku menjadi buyar! "Oh God, apakah aku harus melihat dan menyelesaikan masalah para arwah-arwah itu lagi?" tanya ku sambil berusaha tenang dan tetap fokus berjalan hingga kelas ku
Hai! Nama ku Rena Nozawa! Kalian pasti bertanya-tanya kan apa maksud perkataan ku tadi? Sini aku jelaskan, aku itu bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal atau bisa di sebut juga aku memiliki Sixth Sense. Sudah banyak arwah yang aku bantu untuk menyelesaikan misteri yang belum di selesaikan selama hidup para arwah itu. Walaupun aku terbiasa akan kehadiran mereka, tapi aku justru ketakutan melihat rupa mereka yang menyeramkan!
BRUUUKKKK
Aku terjatuh dan terpental, rupanya aku menabrak seseorang
"Punya mata gak loe? Dasar gendut!" ujarnya sambil membersihkan bajunya yang agak kotor dan meninggalkan ku begitu saja. Padahal, kalau di pikir-pikir, ini bukan salah ku sepenuhnya lho! Huh aneh!
Semenjak saat itu, aku selalu di bully oleh gadis itu yang ternyata bernama Jasmine. Dia merupakan ketua Genk Beauty yang sangat semena mena terhadap orang lain, terutama perempuan gendut!
"Huuuhh" aku menghela nafas saat melihat tumpukan buku-buku pr Genk Beauty
"Pr Genk Beauty lagi?" kata Gina. Aku mengangguk
"Tolong aku Rena"
"Iya Gina" kata ku. Gina mengerutkan dahi
"Kamu ngomong sama aku Ren?"
"Iyalah" ujarku
"Tapi, aku gak bilang apa-apa kok!"
"Te.. terus ta.. tadi" Te.. terus ta.. tadi si.. siapa?" tanya ku panik
"Tolong aku!" terdengar sayup-sayup suara dari arah toilet wanita
"Gin, ayo ke toilet!" aku menarik tangan Gina hingga ke toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung berlari ke toilet no 13 karena desakan dalam hatikulah yang menuntun nya.
"Toilet 13" teriak ku sambil berlari ke arah toilet no 13 itu, Gina mengikuti ku dari belakang, bisa ku lihat jelas mimik wajahnya yang penuh tanda tanya kebingungan. "Ren, kok ke toilet 13 sih? Itu kan ada orangnya! Pintunya aja di tutup" kata Gina
Aku memikirkan kata kata Gina, "benar juga ya!"
Ku tunggu hingga lima menit, namun pintu itu tak jua terbuka! Ku gedor-gedor pintunya juga tak ada sautan dari dalam, hanya keheningan yang kita rasakan. Aku yang sudah tak sabar langsung mendobrak pintu karena perasaan ku sangat khawatir
"AAAAA" teriak ku dan Gina bersamaan
Sungguh, tampar aku kalau ini mimpi! Tampar! Mengerikan sekali, di dalam toilet ini ternyata ku temukan wanita yang sudah tak bernyawa menggantung di atap menggunakan tali dengan sebuah kursi di belakangnya
Wajahnya tertutup oleh rambut hitamnya, aku melepaskan tali yang melingkar di lehernya yang membiru itu, lalu membopong mayat itu dan membaringkan nya di lantai
"Ya ampun, kenapa dia bunuh diri?" ujar Gina sambil menyingkirkan rambut-rambut yang menghalangi wajahnya
"Ren"
"Apa?"
"I... itu"
"Apa?"
"I.. itu.. i.. itu Adel, Ren! Adel anggota Genk Beauty" ucap Gina ketakutan
"Adel? Adelia Ramadhanti? Adeeelll" aku menggoyangkan tubuh Adel yang sudah tak bernyawa itu
"Kenapa kamu melakukan hal bodoh ini sih Del?" kata ku sambil menangis. Karena, diantara anggota Genk Beauty, hanya Adel lah yang baik padaku, tidak seperti teman nya yang lain!
Sesaat, aku bangun untuk memberitahu kematian Adel pada kepala sekolah! Gina juga beranjak, namuj tiba tiba kepala ku berasa amat pusing. "Biasanya kalau sudah begini, pasti akan muncul arwah" batin ku
Dan benar saja, sedetik kemudian aku melihat arwah Adelia yang sebenarnya tidak menakutkan tapi justru aku malah sangat terkejut seperti akan serangan jantung
"A... adel?" kata ku. Arwah Adelia tersenyum ke arah ku, lalu ia mendekati jasad nya sendiri dengan wajah sedih
"Kenapa Adel sedih? Dia kan bunuh diri? Atau jagan jangan Adel di bunuh?"
"Ren, ayo ke kepsek! Aku udah merinding nih" ajak Gina dan kami pun berlari meninggalkan toilet ke arah ruang kepsek
Sesampainya di sana..
"Pak, pak!" kata ku dan Gina bersamaan sambil masuk begitu saja tanpa izin
Di dalamnya, yang bisa mereka lihat hanyalah pak kepsek yang sedang tertidur sambil menaruh kepala di meja dan sedikit menunduk. Aku dan Gina pun mendekat ke arah pak kepsek
"Pak" panggil ku pelan sambil menyentuh lengan pak kepsek
"Ah lama nih! Bapaaakkk" teriak Gina sambil mendorong tubuh pak kepsek dengan keras
BRUUUKK
Tubuh pak kepsek terjatuh, tapi tidak dengan kepalanya! Kepalanya masih berada di meja itu
"Ren" panggil Gina ketakutan
"Kepala nya kok gak jatuh sih? KYAAAAA" teriak aku dan Gina bersamaan dan langsung berlari keluar ruangan menemui beberapa Office Boy dan memberitahu mereka
"Pak, pak! Ada ma.. mayat pak! Mayat temen saya di toilet, sama mayat pak kepsek di ruangan nya"
"Ah jangan nakut-nakutin saya neng" kata OB itu
"Ya Tuhan, sumpah pak buruan!"
Dua Office Boy itu berlari ke arah yang berlainan, satu ke toilet wanita dan satunya ke ruang kepsek. Sementara itu, aku dan Gina langsung duduk lemas, keringat dingin pun berjatuhan dari dahi kita
Aku hanya terdiam, begitu pun dengan Gina! Sesaat kemudian kepala ku terasa pusing dan wajah ku memucat. Tak lama muncul lah arwah Adelia dengan leher yang membiru
"Tolong aku Rena" ucapnya. Aku tidak bisa mendengar ucapan nya itu, ini sungguh berbeda saat aku bisa mendengar suara arwah lain yang sudah ku tolong
"Aku tidak bisa mendengar ucapan mu!"
Seketika itu, wajah Adelia berubah menjadi sangat menyeramkan, aku sangat takut melihatnya! Arwah itu terbang ke arah ku lalu menangis sesenggukan yang membuat ku makin tak mengerti maksudnya!
Keesokan paginya..
Sekolah ini langsung heboh karena mengetahui kematian tragis Adelia dan pak kepsek! Polisi pun lalu lalang memasuki sekolah kami dan mereka kompakan meng-introgasi aku dan Gina karena kami lah saksi mata itu!
Tiba tiba, arwah Adelia muncul lagi dengan menatap tajam. Aku makin tidak mengerti maksudnya! Tapi aku yakin, dia pasti menatap pembunuh itu
Di lain tempat..
Nindya yang merupakan anggota Genk Beauty masuk ke toilet untuk mengganti pakaian cheers nya itu! Dan sebuah pesan singkat masuk di hp nya yang berbunyi "DEATH"
Dan mendadak lampu toilet mati, Nindya panik dan langsung keluar dari toilet itu. Tak lama, ada tangan yang membekap mulut Nindya hingga ia sulit bernafas
"Siapa kau?"
"I'm a Killer"
JLEB!"
"Si.. siapa kamu?" bentak Nindya
"I'm a Killer"
JLEB!
JLEB!
JLEB!
Tusukan berkali-kali di arahkan pada perut Nindya, mata nya melotot lebar, bibirnya terlihat pucat kebiruan
"Ka.. kamu pen.. penghianat! Tega-teganya kamu membu.. " ujar Nindya yang tak sanggup melanjutkan kata-kata terakhirnya itu akibat menahan sakit yang luar biasa itu. Dan tak lama ia menutup mata untuk selamanya. "Akhirnya mati juga kau Nindya! Hahaha" tawa jahat menggelegar ke seluruh ruangan bersamaan dengan terciumnya bau anyir darah yang menyeruak ke rongga hidung 'the killer' yang tengah berpuas diri itu. Ruang ganti pun menjadi saksi bisu perbuatan 'the killer' terhadap Nindya. Selepas membunuh Nindya, 'the killer' mencabut cutternya dan pergi meninggalkan mayat Nindya begitu saja
Siaran berita pada pagi harinya..
"Pemirsa, lagi lagi kasus pembunuhan berantai terjadi di SMK Pelita Jaya! Setelah sebelumnya, kepala sekolah dan siswi juga tewas mengenaskan. Sampai saat ini, pihak kepolisian masih mengkuak motif dan mencari pelaku pembunuhan tersebut"
Genk Beauty melihat acara tersebut, mereka tak kuasa menahan tangisnya
"Adel, Nindya udah mati! Siapa yang tega ngancurin genk kita? Apa salah kita?" tanya Aurel
"Gue yakin pelakunya adalah orang yang kita kenal" tambah Mashi
"Jangan jangan" ucap Jasmine menggantungkan kata-katanya itu yang membuat ketiga sahabat nya itu bertanya-tanya
"Menurut feeling gue, pelakunya adalah korban yang pernah kita bully. Bisa aja kan dia dendam ma kita terus dia nekat bunuh orang yang udah ngebully nya, ya termasuk kita"
"Tapi kan, kita gak pernah bully fisik" sela Aurel
"Aurel, kita emang gak pernah bully fisik, tapi mental? Inget ya, trauma mental lebih parah dari pada fisik! Ya udah, lebih baik kita shopping aja, biar pikiran loe pada fresh" ujar Sinka, yang lain mengangguk setuju. Sinka tersenyum tapi senyuman nya itu bukan seperti senyuman manis, melainkan lebih mirip dengan SENYUMAN MENYERINGAI
TAP
TAP
TAP
Langkah kaki terdengar dengan frekuensi yang amat kecil. 'the killer' muncul lagi dengan tatapan matanya yang kosong! Kali ini ia sudah berada di sebuah rumah mewah nan elit di kawasan Jakarta Timur! Rumah ini merupakan rumah salah satu anggota Genk Beauty yaitu Mashi!
"Hei Mashi! Apa kabarmu? Aku adalah malaikat maut mu, Mashi! Bersiaplah untuk bertemu dengan dua teman bodoh mu itu di neraka! Hahaha" tawanya yang amat sangat memilukan hati, dendam yang membara di hatinya membuat 'the killer' melupakan iman serta akal sehatnya itu! Setelah itu, ia merogoh saku kemeja nya dan mengambil sebuah gunting yang tajam
Sementara itu di dalam rumah..
Mashi yang sedang memakai baju renang pun keluar dari dapur sambil membawa beberapa snack dan segelas susu untuk di bawanya ke kolam renang. Sesampainya di kolam, Mashi menaruh snack dan susu itu di sebuah bangku panjang. Selepas itu, dia langsung menceburkan diri ke kolam!
Mashi terlihat sangat senang. Padahal tanpa sepengetahuan nya, 'the killer' sudah mengawasi nya sedari tadi! Mashi pun beranjak dari kolam renang sambil berjalan menuju bangku panjang dan mengambil snacknya itu lalu memakan nya di tepi kolam renang dalam keadaan duduk. Saat itulah 'the killer' berjalan ke arahnya lalu mendorongnya dengan amat kuat hingga Mashi kaget dan hampir tenggelam
BYUURRRRR
Dengan cepat 'the killer' ikut menceburkan dirinya dan langsung menyekap Mashi yang masih terengah-engah
"You must death, Mashi" "Apa salah gue ma loe?" tanya Mashi sambil menahan sakit akibat tangan nya di cengkam oleh 'the killer'
"Salah loe ma gue banyak, BANYAK BANGET! Loe gak ikut gue siapa? Gue korban bully loe pas SMP, loe ma genk alay loe selalu aja hina hina gue! Apa salah gue? Loe udah ngancurin hidup gue, dan loe dengan sok polosnya bilang 'apa salah gue'? Gila loe!" ujar 'the killer' makin mencengkram kuat tangan Mashi
"Awww gue minta maaf sama loe! Please, lepasin gue!"
"Bersiaplah menjemput ajal mu, Mashi" ucap 'the killer' dengan suara serak-serak basah menakutkan
Mashi yang makin ketakutan, refleks menendang perut 'the killer' dengan kencangnya hingga ia kesakitan dan tenggelam di kolam renang. Mashi pun langsung naik ke atas berusaha menghindari 'the killer' itu. 'the killer' juga tidak mau kalah, ia pun dengan cepat juga naik ke atas dan berhasil menangkap Mashi kembali
"Jangan coba coba buat lawan gue!". "Siapa loe? Tunjukkin muka loe! Sini loe" bentak Mashi. 'the killer' pun berdiri di hadapan Mashi
Begitu berada di hadapan nya, Mashi terkejut begitu terlihat wajah cantik 'the killer'
"Hallo nona" sapa 'the killer'
"Loe? Gila loe! Loe mau bunuh gue? Sakit jiwa loe" kata Mashi sambil menjauh sedikit dari 'the killer'. 'the killer' makin geram dan segera menghujamkan gunting tajamnya itu di perut Mashi hingga darah mengucur deras dari tubuh Mashi! 'the killer' tertawa begitu melihat Mashi yang sudah tak bernyawa itu! Tiba tiba...
"Hei kamu! Apa yang kamu lakukan?" teriak seseorang di belakang 'the killer'
BRAAKKKKK
"Hentikan, Sinka!" teriak Rena
"Loe?" mata Sinka terbelalak dan tak sengaja menjatuhkan cutter yang ia pegang hingga ke pojok ruangan
"Apa yang loe lakuin ma Jasmine dan Aurel? Kenapa mereka di iket dan mulutnya di lakban di lakban gitu?" tanya Radith sedikit meng-introgasi. Sinka berjalan mundur ke pojok ruangan
"Jawab!" bentak Gina sambil melangkah lebih dekat dengan Sinka
"Sial, tiga anak sialan ini mengacaukan rencana ku! Baiklah kalau itu yang mereka ingin kan" batin Sinka lalu merekahkan senyum kecutnya pada Gina yang terus mendekatinya. Sinka makin terpojok, Gina pun menarik kerah kemeja yang ia pakai
"Cepat jawab sebelum emosi ku melonjak!" teriak Gina sekali lagi dan mendorong Sinka hingga jatuh tersungkur
"Gina" ujar Rena begitu selesai melepas ikatan Jasmine dan Radith melepaskan ikatan Aurel. Gina menoleh pelan, tiba- tiba Jasmine menjerit histeris
"Gina, itu Sinka! Awas!"
JLEB!
"AARRRGGHHHHH" Gina mengerang kesakitan saat cutter yang diam diam Sinka ambil menggores pinggangnya itu. Radith menjadi geram dan segera berlari ke arah Gina dan menenangkan nya, selepas itu, Radith berjalan mendekati Sinka lalu menampar pipi Sinka dengan keras
PLAAAKKKK
Sinka meneteskan air matanya akibat tamparan Radith yang begitu keras, Radith menunduk. Sinka menghapus air matanya dengan kasar, lalu ia memanang nanar ke arah Jasmine dan Aurel yang ketakutan
"Kalian gak pernah tau penderitaan gue!" ujar Sinka lalu mendekat ke arah Gina yang luka goresan nya tadi sedang i balut oleh Rena
"Jangan deketin gue, pembunuh!" hardik Gina
"Sstt Gina, kamu gak boleh ngomong gitu" sela Rena
Mendengar kata kasar Gina, Sinka menghela nafas panjangnya lalu tetes air mata dari pelupuk matanya mengalir deras
"Gue ngaku kalo gue yang" Sinka tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Di tatapnya Rena, Gina, Radith, Jasmine, dan Aurel
"Gue yang bunuh Adelia, Nindya, Mashi, Kakak Mashi, dan kepsek!" lanjut Sinka
"HAAAHH?"
Sekali lagi, Sinka menatap teman-teman nya itu yang tidak percaya akan perkataan nya barusan
"Kalian gak usah kaget. It's true".''Untuk kepsek sebenernya gak ada yang khusus, Cuma dia ngeliat gue bunuh Adelia di toilet waktu itu. Makanya gue bunuh sekalian! Tapi kalao genk beauty, gue punya alasan khusus'' lanjut Sinka
''Kenapa loe tega,Sin? Kenapa? Kenapa loe bunuh anggota genk kita sendiri?'' tanya Aurel
"Loe nanya gitu? Pertanyaan macam apa itu? Loe gak inget gue genk beauty?" tanya Sinka dengan sedikit penekanan
"Maksud loe apa sih?" teriak Jasmine. Sinka mendekat ke arah Jasmine lalu memegang dagu Jasmine dengan jari telunjuknya
"Jasmine, Jasmine! Gue kira loe bener-bener perfect girl, ternyata gue salah toh selama ini?" kata Sinka sambil melepaskan jari telunjuknya
"Biar gue jelasin semua alasan gue ini" tambah Sinka dan mulai bercerita
FLASH BACK ON
Tiga tahun yang lalu..
"AAAHHHHH" seorang gadis berpostur tubuh gemuk menjerit histeris begitu melihat puluhan cacing tanah di bekal makanan nya
Lalu, datanglah sekelompok gadis bersegeram sama dengan gadis gendut tadi sedang tertawa terbahak-bahak
"Hahaha makan aja, Sin! Itung-itung biar lu gemuk" cerca Jasmine, si ketua genk beauty
"Sekalian aja Sin makan cacing pita" seru Aurel
Sinka, si gadis gendut tadi hanya bisa menahan marahnya! Kini, tatapan tajam pun di arahkan ke semua angoota genk beauty
"Napa loe liatin gue? Ngiri loe ma gue yang cantik, dan langsing ini?" tanya Mashi, lalu Mashi menyeret Sinka dengan keras dan membenturkan nya di papan tulis. Sinka pun mengerang kesakitan
"ARRRGGGHH"
"Apa sih salah gue ma loe pada? Napa loe selalu bully gue? Hah?" tanya Sinka sambil memegang sikunya yang mulai membiru
"Yakin mau tau?" goda Nindya. Sinka mengangguk lemah
"Salah loe tuh banyak! Pertama, loe pelit. Kita mau nyontek kagak boleh, minta traktirin bakso juga gak boleh! Kedua, loe sok kepinteran jadi orang, dan salah loe pun masih banyak lagi" jelas Jasmine
"Tapi.."
"Apa? Mau ngadu sama guru? Ngadu aja sampe mulut lu berbusa. Dia gak bakalan bisa apa apa!" lanjut Jasmine
"Besok, kerjain pr gue dan yang lain nya! kalo enggak, loe bakal dapet yang lebih parah dari ini"
Genk beauty pun pergi begitu saja tanpa menghiraukan Sinka yang menatap kepergian mereka dengan tatapan MENYERINGAI seperti Jeff The Killer
SINKA P.O.V
Di rumah ku..
"Kamu tuh keras kepala, Mas! Sudah ku bilang kalau Sinka itu menderita gangguan mental. Kenapa kamu gak percaya sih?" tanya mami ku dari arah kamar mereka, dengan sedikit menurunkan nada 'gangguan mental'. Aku yang sedang makan siang pun menjadi tersinggung dan langsung melempar piring yang berisi nasi dan lauk yang masih banyak, karena belum ku habiskan
Dengan langkah kesal, ku gerakkan kaki kakiku lalu membuka pintu kamar dan menutupnya dengan kencang. Begitu aku berada di kamar, ku rebahkan tubuhku di ranjang sambil terisak-isak.
Air mata yang sedari tadi ku tahan akhirnya meluap begitu saja membanjiri pipi manis ku!
"Kenapa begini, Tuhan?" tanya ku serak. Suara gaduh dari kamar orang tua ku makin menjadi-jadi! Dan yang membuat ku makin tercengang begitu mendengar "Cerai"
''Apakah orang tua ku akan cerai? Dan itu semua karena aku penyebabnya?'' Tangis ku makin terasa kencang. Dengan langkah gontai, ku buka pintu kamar
"MAMI?" panggil ku dengan air mata yang berlinang di pipiku
"Sinka" ujar mami yang berupaya memeluk tubuhku. Aku menghindarinya dan menyeka air mata ku
"Ayah dan mami mau cerai?" tanya ku khawatir. Ayah dan mami hanya membisu, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka
"JAWAB AYAH, MAMI!" teriak ku seakan meminta kepastian. Lagi-lagi, mulut mereka tertutup erat seperti enggan menjawab pertanyaan ku tadi
Air mata ku makin deras, aku menatap nanar sekeliling ku hingga akhirnya tatapan ku tertuju pada sebuah pisau buah yang teronggok di atas meja. Tangan ku mencoba meraihnya, begitu pisau buah itu sudah berada di genggaman ku, ku kembangkan senyuman termanis ku sambil memejamkan mata. Sedetik kemudian, ku hujamkan pisau tersebut tepat di syaraf nadi pergelangan tangan ku. Darah menetes, ku gigit bibir ku untuk menahan sakit yang amat sangat sebelum aku terjatuh dan ada seseorang yang membopongku
Tut tut tut tuttt
Suara electro cardio graph mengaaukan tidur indah ku ini! Kepala ku masih terasa amat pening dan ku coba membuka mata ku yang terasa berat ini! Seketika, seorang dokter tersenyum manis ke arah ku, dan saat itu pula aku sadar bahwa aku sedang berada di rumah sakit
"Ini mukjizat, Nak! Tunggu, orang tua mu harus tau akan hal ini" kata dokter itu dengan nada gembira. Lalu ia berjalan keluar
TAP
TAP
TAP
Langkah kaki yang mendekat kini bisa ku dengar, aku menoleh ke arah sumber suara tersebut. Pintu ruangan terbuka dan munculah kedua orang yang sudah tak asing lagi ku lihat. Yap! Itu Mami dan Ayah!
Mereka berlutut tepat di sisi ranjang, Mami mengelus pungung tangan ku yang terbalut oleh infus. Bisa ku lihat wajah Mami dan Ayah yang berkaca-kaca, aku tersenyum lemah. Melihat ku tersenyum, mereka pun mengikrarkan janji bahwa mereka tidak akan bercerai! Mendengarnya, air mata ku kembali mengalir, bukan karena sedih, tapi karena aku bahagia!
Sebulan berlalu. Janji tinggal lah janji, kata kata manis yang terlontar dari mulut Mami dan Ayah hanyalah seperti dongeng untuk puterinya yang sedang sedih agar bisa tenang sedikit! Buktinya, Ayah dan Mami malah makin ribut dan akhirnya bercerai. Memang, mereka bercerai tanpa meributkan harta gono gini, tapi sikap Mami sungguh tak mengenak kan hati! Mami pergi begitu saja dan langsung menikah lagi tanpa mempedulikan aku dan Ayah
"Cih!" aku memandang cermin seakan ingin menyalahkan takdir ini. Ku ambil sebuah pisau yang berada di atas piring buah, aku menatap kembali ke arah cermin dan tersenyum sendiri di iringin dengan tangisan pilu
"Aku kesepian! Hahahaha hore!"
"Tapi" mimik wajah ku kini berubah, dari yang ceria menjadi ketakutan
"Aku takut pada dokter itu dan obatnya! Aku takut, hiii serem"
Wajah ceria kini ku pasang di wajah ku
"Mengapa kau takut dokter aneh dan obatnya itu, Sinka? Tinggal bunuh, beres kan?" tanya ku sendiri. Lalu, aku pun menjawab sendiri pula
"Kau pintar, Nona! Hahaha"
Semenjak saat itu, aku sering berbicara sendiri yang membuat ku di cap 'gila' oleh pembantu dan Ayah ku hingga membuat hari ku hanya di habiskan dengan berada di kamar ini! Kau tau arti kesepian? Itulah yang sedang ku rasakan
"ARGGHHH" erang ku sambil menjatuhkan tubuhku hingga membentur lantai, ku tarik kuat kuat rambut indah ku hingga membuat berpuluh-puluh helai rambut rontok seketika
"Aku mau keluar! Aku tidak gila! ARGGHHH"
"Ini semua karena genk bodoh itu, ya genk beauty. Aku harus balas dendam, tapi bagaimana caranya?"
"Oh aku tahu, agar aku bisa beauty kaya mereka, aku harus diet! Ya diet dan beberapa perawatan sedikit. Dan kalau berhasil, aku akan masuk genk bodoh itu lalu membunuh semua anggotanya. Dengan begitu, balas dendam ku akan terbayar! Hahahaha"
Tawa jahat menyeruak di sekeliling kamar. Mulai saat itu, aku melakukan diet ketat dan melakukan perawatan, tak lupa aku merubah total gaya hidupku hingga aku tak di cap 'gila' lagi dan aku bisa keluar dari kamar ini serta MEMBALASKAN DENDAM
FLASHBACK OFF
Selesai Sinka bercerita, mata Rena, Gina, dan Radith yang sedari tadi menatap tajam ke arah Sinka kini berubah haluan menjadi menatas Jasmine dan Aurel
"Aku minta maaf pada mu, Sinka" kata Jasmine. Sinka tersenyum kecut sambil berjalan ke arah Jasmine, lalu menarik kerah bajunya
"Apa kau bilang? Maaf? Apakah sebuah kata 'maaf' bisa mengembalikan semua kebahagian ku yang selama ini kau RUSAK? Bisa tidak? Kalau bisa, aku akan memaafkan mu" kata Sinka sedikit emosi. Jasmine diam membisu tak mampu menjawab perkataan Sinka
"Aku tidak bisa" jawab Jasmine ragu-ragu takut jika Sinka akan marah padanya
BRAAKKK
Sinka menghantam tubuh Jasmine dengan sekali tonjokan maut dari Sinka di perut Jasmine. Jasmine terpental dan kepalanya membentur papan kayu hingga kepalanya mengeluarkan sedikit darah.
"Sinka! Loe gila! Sakit jiwa!" bentak Aurel. Muka Sinka memerah dan langsung menonjok Aurel di bagian bibirnya hingga darah segar mengalir di pojok bibir Aurel
"Sinka, ku mohon jangan" mohon Rena tak kuasa menahan tangisan nya melihat kondisi Jasmine dan Aurel
"Rasakan ini, bodoh!" Radith dengan kuat memukul tengkuk Sinka
Dengan sebuah kayu. Sinka langsung ambruk seketika
"Radith, apakah kau gila? Kalau Sinka mati gimana?" tanya Gina
"Tidak! Aku hanya memukul bagian tengkuknya, tidak akan patah kok, mungkin hanya cedera sedikit dan itu tidak akan membuat nya mati" seru Radith agak jengkel.
Rena menghela nafas lega dan akhirnya mereka membopong Jasmine, Aurel, dan Sinka ke rumah sakit. Setelah itu, mereka memberitahu Ayah Sinka akan perbuatan nya selama ini. Ayah Sinka terlihat sangat terpukul dan dengan terpaksa, ia membawa Sinka ke panti rehabilitasi untuk orang yang mempunyai 'gangguan mental'.
"Aku gak gila!" jerit Sinka saat dua orang suster memegangi tangan nia
"Kamu gak gila, cuma gangguan mental aja kok!" sahut salah seorang suster. Sinka menghela nafas panjangnya
"Tapi aku gak masuk penjara kan kakak? Hore aku enggak gila, aku cuma gangguan mental! Tuh kan apa aku bilang! Yes ye yes!" seru Sinka. Dua orang suster itu menggeleng dan segera membawa sinka mauk ke kamarnya.
Tiga tahun kemudian...
Semua siswa di Pelita Jaya kelas 12 mengadakan wisuda kelulusan. Rena sudah memakai toga dan beberapa atribut lain nya! Ia terlihat sangat anggun mengenakan nya. Saat ini, mereka sedang menunggu hasil pengumuman nilai Ujian Nasional terbaik di sekolahnya
"Baiklah, peraih nilai Ujian Nasional terbaik tahun ini adalah.. Rena Nozawa dengan NEM 38,85 dari empat mata pelajaran!" seru pembawa acara, Rena bangkit dari duduknya dan menaiki panggung untuk menerima piala. Habis itu, Gina, Radith, Aurel, dan Jasmine bertepuk tangan ria seraya memeluk Rena
"Congratulation, Rena" kata Jasmine
"Thanks" Rena tersenyum
"Rena, selamat ya!" teriak seseorang. Rena menoleh dan langsung terkejut
"Sinka? Kamu?"
"Hai" sapa Sinka. Wajah Jasmine dan Aurel mendadak pucat
"Tenang, aku bukan pembunuh lagi kok! Aku udah tobat" ujar Sinka yang seakan tau akan isi pikiran Jasmine dan Aurel
"Sinka" Rena, Gina, Jasmine, dan Aurel memeluk Sinka dan saling menangis satu sama lain! Radith memasang muka cemberut dan berkata
"Masa Sinka doang yang di peluk sih? Gue kapan?"
"Wkwkwkwk ngarep banget loe" sinis Gina. Radith menggaruk-garuk kepalanya
"Hahahaha" mereka menertawakan tingkah konyol Radith itu. Tiba tiba, Sinka menatap langit dan berteriak
"Good bye the killer"
-TAMAT
Pengirim :
Author By : Isti Nuraini
Twitter Anda : @Isti_Nuraini12
Judul Cerpen Anda : The Killer
Inspiration By : Pikiran sendiri
Kategori Cerpen :Horor
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...