Kumpulan Cerpen dan Fanfict dari fans Fans JKT48 @story_48

Yang Terindah 2

Yang Terindah 2
Pagi ini hujan mengguyur rumahku yang membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidurku yang nyaman ini. TOK! TOK! TOK! TOK! Terdengar suara ketukan pintu yang diiringi suara familiar di telingaku 'Angga, bangun sudah siang' seru nenekku


'Iya nek sebentar lagi, kan hari ini hari minggu, lagi pula hujan'

'Ayo bangun Ngga, jangan malas, nantirejeki kamu di patok ayam!'

'Iya-iya ini bangun nek'

Aku pun membuka pintu untuk menemui nenekku di balik pintu, aku sontak kaget melihat seorang gadi yang sedang bercakap-cakap dengan kakekku dengan membawa satu set rantang yang berada di tangannya,

'Siapa itu nek?'

'Itu Melodi anak bu Ani tetangga baru kita'

'Lho kok aku engga pernah lihat'

'Iya mereka baru pindah kesini kemarin, kamu tau sendiri kamu kemarin pulang malam'

'Hehe iyah nek kan aku main dulu ke rumah teman' sepeninggal Naomi aku memang sering berlama-lama di rumah temanku ketika bermain, karena hingga saat ini rasanya masih terasa bayang-bayangnya yang masih menghinggapi diriku.

Aku langsung menuju kamar mandi untuk cuci muka, aku melihat banyak makanan tersaji di meja makan ketika menuju kamar mandi, ternyata gadis tadi mengantarkan kiriman makanan untuk keluargaku. Wah kebetulan sekali, pagi ini aku benar-benar merasa lapar. Setelah cuci muka aku pun mengambil piring untuk makan pagi. Setelah itu menonton tv sejenak untuk menunggu hujan reda sembari memikirkan apa yang akan aku lakukan hari ini.

Hujan berhenti, matahari pun mulai meninggi yang menandakan hari mulai beralih menjadi siang yang terik. Hari ini aku akan membantu kakekku membuat glatak (pagar dari bambu) di belakang rumah karena belakang rumahku sering sekali di masuki oleh ayam tetangga yang mengacak-acak tanaman kakekku. Benar saja saat aku membuat pagar terdengar kokok ayam yang semakin mendekat ke arahku yang menandakan akan terjadi serangan terhadap tanaman kakekku, segera aku mengusirnya. Ayam itu menjauh, tiba-tiba kulihat gadis itu lagi di belakang rumah seperti sedang mencari sesuatu.

'Kamu nyariin apa?'

'Aku nyariin ayam bapakku mas, si Blenggo, apa mas lihat?'

Aku menduga ayam yang tadi aku usir adalah ayam ayah gadis ini, tapi aku heran seberapa pentingkah seekor ayam hingga diberi sebuah nama. 'Oh tadi disini ni, karena mau masuk ke pekarangan kakek jadi aku usir'

'Oalah mas, maaf yah mas maaf, terus nuwun sewu tadi mas kira-kira mengusirnya kemana?'

'Ya mana aku tau, makanya kalo punya ayam di jaga, di kasi kandang, jadi engga keliaran nyusahin tetangga'

'Duh mas sekali lagi maaf yah'

Akupun sebenarnya tidak tega memerahinya, sehingga aku memutuskan untuk membantunya mencari si Blenggo. 'Ya udah aku bantuin cari, ayo cepet entar keburu jauh ayammu'

'Iya mas makasi banget yah mas, matur suwun'

Aku meminta ijin pada kakekku untuk mencari ayam gadis ini yang lari setelah ku usir.Kami mulai mencari si Blenggo, tanpa sadar ketika kami mencari bersama aku sering menatap wajahnya. Manis juga, mungkin karena penampilannya pagi ini masi semrawut yang membuatnya terlihat sedikit kusut. Oh iya kata nenek namanya Melodi kan? Aku harus minta maaf atas sikap ketusku tadi, kan semua bukan salah dia, lagi pula dia baru pindah kemarin jadi mana mungkin ayamnya yang sering merusak pekarangan kakek.

'Nama kamu Melodi yah?'

'Iya mas, kenapa? Oh iya laa nama masnya siapa?'

'Aku Angga. Aku minta maaf ya buat yang tadi, aku cuma spontan marah aja karena udah sering pekarangan kakekku di rusak ayam tetangga'

'Engga papa mas, malah justru aku yang harusnya minta maaf, tetangga baru malah udah bikin kesel'

'Eh Mel, kamu emang pindahan dari mana?'

Dia bercerita panjang sekali dan yang aku tangkap adalah, dia pindahan dari Jogja. Tiba-tiba si Blenggo melintas di depan kami, secara reflek aku langsung mengurung dan menubruknya, aku mendapatkan si Blenggo. Tapi bajuku kotor karena berguling di tanah, dan saat aku menangkap si Blenggo aku mendengar suara tertawa lirih yang ternyata berasal dari Melodi. 'Lho kok malah ketawa, ini di bantuin lho Mel!' omelku

'Ahahaha, iya mas maaf yah, abis mas Angga lucu nangkep ayamnya, ya udah mas sini aku yang bawa si Blenggo' jawabnya sembari tersenyum, dan hal itu yang membuatku benar-benar terpana, dia manis sekali tuhan! 'Eh engga usah, udah aku aja yang bawa, yuk pulang'

Selama perjalanan pulang kami ngobrol begitu banyak, dan ternyata Melodi adalah gadis yang cerewet dan tidak membosankan. Dia selalu bisa di ajak bercerita apapun topik yang kita bicarakan. Suatu hal yang dulu pernah aku rasakan hanya bersama seorang Naomi.

Sesampainya di rumah aku kembali menyelesaikan pekerjaanku untuk membuat glatak bersama kakek 'Piye ayame le? Kok kamu kotor sekali' Tanya kakekku

'Udah ketemu kek, iyah tadi aku jatuh pas nubruk ayamnya kek, jadi kotor deh'

Malam harinya aku merasa badanku pegal, mungkin efek jatuh saat mengejar ayam tadi. Aku merasa bosan malam itu dan tiba-tiba aku berfikir untuk main ke rumah Melodi untuk mengatasi bosanku. 'Nek aku mau main ke rumah Melodi'

'Yo wes, pulangnya jangan larut malam le'

'Iya nek' jawabku sembari memakai sandal.

'Assalamu allaikum,' terdengar suara seorang ibu-ibu menjawab salamku dari dalam 'Wa alaikum salam, nak Angga yah?'

'Iya bu, saya angga cucu bu Sopiyah'

'Iya ibu tau, Melodi udah cerita tadi nak, mau cari Melodi yah?'

'Hehe iya bu, Melodinya ada'

'Ada, sebentar saya panggillkan. Nak Angga mau minum apa?'

'Engga usah repot-repot bu, saya cuma mau silaturahmi aja kesini kok'

'Alah nak Angga ini, kaya sama siapa saja haha, duduk dulu sebentar lagi Melodi keluar ya nak'

Aku menunggu di teras rumah bu Ani untuk menantikan Melodi keluar, tidak beberapa lama Melodi pun keluar. Astaga tuhan, dia begitu cantik hanya dengan memakai pakaian sederhana dan pita di kepalanya. Tak lama dia juga membawa jamuan dari dalam rumahnya

'Mas Angga' serunya,

'Eh iya Mel, aku kaget tadi kirain siapa yang keluar hehe, aduh jadi ngrepotin ini'

'Ah engga mas, udah seharusnya tuan rumah melayani tamu'

Kami pun berbincang panjang lebar, dan ternyata dia sudah putus sekolah semenjak SMA, bahkan dia lebih tua dari aku ternyata, aku pun sempat canggung dan merasa tidak sopan saat mengingat omelanku siang tadi. Dia disini membantu ibunya berjualan di pasar, dan ayahnya telah tiada yang menandakan dia adalah anak yatim yang juga menjadi tulang punggung keluarga, itu lah mengapa dia sangat menyayangi si Blenggo ayam ayahnya. Dia adalah anak tunggal, semua hal itu membuatku merasa iba. Kisahnya begitu memilukan, tetapi tidak terpancar sedikitpun raut muka murung darinya atas semua hal yang terjadi padanya.

Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul Sembilan, aku memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah aku merenung betapa berbedanya kisah antara aku dan Melodi, aku begitu beruntung masi bisa kuliah dan mempunyai orang tua yang lengkap meskipun tidak bersamaku. Dari semua perbincanganku dengan Melodi, aku merasakan sesuatu yang lain yang sukar di jelaskan. Apa ini cinta? Ahh tidak mungkin, meskipun Naomi telah meninggalkanku beberapa bulan yang lalu tapi rasanya aku masih sulit untuk mencari penggantinya. Ataukah malah justru sebagian kecil dari perasaanku lah yang mengganggu perasaan sukaku pada seorang Melodi. Entahlah, yang pasti aku akan menjalani semuanya seperti air yang mengalir, tidak ada yang akan ku percepat dan tidak ada yang akan aku perlambat.

Pagi ini aku beraktivitas seperti biasa, selepas shalat subuh aku langsung mempersiapkan buku sesuai mata kuliah yang di ajarkan hari ini. Sembari mencari buku, aku menengok sejenak ke rumah Melodi, yang aku lihat adalah suasana rumah yang hening, aku yakin dia dan ibunya sudah berangkat dini hari tadi untuk berjualan di pasar. Semenjak tadi malam aku selalu merasa iba terhadap keluarga Melodi. Ingin aku suatu hari bisa ikut membantu keluarganya

Sore hari, aku telah pulang dari kuliah. Sore itu begitu cerah sekali, aku putuskan untuk kembali bermain ke rumah Melodi. Aku menemui ibunya yang sedang mencabuti rumput di depan rumah, 'Bu, maaf Melodinya ada?'

'Eh nak Angga, Melodinya lagi pergi, ada apa yah nak Angga?'

'Engga bu, cuma pengen main aja hehe, kalo boleh tau kemana ya perginya bu?'

'Ibu kurang tau nak Angga, ibu juga belum terlalu paham daerah sini, tapi tadi sepertinya Naomi ke arah utara nak Angga'

'Oh, ya sudah bu, saya pulang dulu'.

Arah utara yah? Mungkin saja lapangan yang di tuju, oke aku langsung meraih kunci motorku dan menuju lapangan untuk mencoba peruntungan siapa tau gadis manis itu berada di lapangan. Sesampainya di lapangan ternyata benar ada sosok gadis di pojok lapangan sedang menyongsong matahari senja yang mulai tenggelam, langsung saja aku menuju kesana. 'Melody?'

'Mas Angga? Kok bisa tau aku disini'

'Eh jangan panggil mas, kalo mau panggil mas harusnya malah aku yang panggil mba ke kamu. Kamu yang lagi ngapain disini? Aku tadi Tanya ibumu katanya kamu pergi kearah utara, terus aku coba cari kamu aja kesini eh ternyata beneran disini'

'Hehe maaf yah Ngga, setelah ayahku meninggal aku sering pergi duduk menyendiri di tempat yang luas untuk menghilangkan kedukaanku'

'Mel, kamu gadis yang kuat, yang tegar menghadapi segala tantangan kehidupan, aku salut banget sama kamu abis denger ceritamu tadi malem, satu hal Mel yang mau aku sampein. Aku emang engga ngerasain apa yang kamu rasa secara langsung, tapi aku ngerti kok rasanya jadi kamu, kamu tetep harus jadi melodi yang kuat, yang tegar, karena kamu saat ini memegang kendali 2 kekuatan, keluarga dan ibumu. Kalo kamu sedih, kasian ibu kamu, dia bakal lebih sedih melihat anak semata wayangnya bersedih, begitupun ayahmu'

'Angga, aku engga tau kalo kamu bisa semengerti itu sama perasaanku. Ngga maaf aku boleh meluk kamu sebentar engga? Aku kangen rasanya di peluk seorang ayah' sembari menangis sesenggukan

'Boleh kok Mel, sini'

Kami pun berpelukan, Melodi benar-benar bersedih saat itu. Aku pun merasakan hal yang aku rasakan semalam kembali menyelimutiku saat berada di pelukan Melodi. Apa bener aku care sama dia? Semua hanya hatiku yang mengetahuinya. Melodi melepaskan pelukan tersebut dan mengelap air mata yang membasahi pipinya, tanpa sadar akupun ikut mengelapnya. Aku sendiri kaget ketika menyadarinya, dan membuat raut mukaku berubah seperti orang linglung, melodi yang menyadari hal itu sontak tertawa 'Hahaha muka kamu lucu Ngga' 'Ahh lucu kenapa, engga lah hahaha.' Kami pun tertawa bersama yang membuat kami hamper lupa waktu.

Kami pulang dan Melodi membonceng motorku karena tadi dia menuju lapangan dengan berjalan kaki. 'Angga makasih banget buat sore ini, udah ringanin beban perasaanku' ungkap Melody

'Sama-sama Mel, inget yah yang tadi aku bilang jangan sedih lagi, aku juga nanti ikut sedih haha'

'Ah kamu ni sukanya iseng dasar, kamu pasti di kampus jadi playboy kardus ya haha'

'Widih enak aja, aku udah lama jomblo Mel, aku engga punya pacar'

'Ah masa? Pasti bohong'

'Aku serius Mel' dengan raut muka sedih

'Lho kok kamu sedih, maafin aku yah Ngga, aku salah ngomong ya?'

'Engga papa Mel, ya udah aku pulang dulu yah, kamu mandi biar wangi haha'

'Haha iya kamu juga, biar ga asem hehe'

Canda tawa ini yang membuat perasaan yang tadinya sulit di jelaskan menjadi semakin kentara, bahwa aku sebenarnya menyukai Melodi. Tapi aku masih setia dengan penyangkalan terhadap perasaanku ini yang sebenarnya membuatku tersiksa. Setelah hari ini kami jadi semakin sering menghabiskan sore bersama di pojok lapangan untuk sekedar bercanda ataupun bercerita.

Aku benar-benar berpikir serius akan perasaanku terhadap Melodi, karena semakin sering aku bertemu dengannya membuatku semakin tidak bisa melupakan sosoknya yang mungkin aku rasa tercipta untukku sebagai pengganti sosok Naomi yang telah tiada. Hatiku semakin tidak menentu karena penyangkalan yang selalu aku lakukan hingga akhirnya di suatu sore kami kembali bercanda tawa di pojok lapangan untuk melepaskan rasa penat setelah sibuk seharian dengan kegiatan kami masing-masing

'Mel, aku boleh tanya sesuatu engga?'

'Ahaha Angga, angga, kaya ga pernah ngomong aja sama aku, ya tinggal ngomong aja'

'Mel, aku pernah ngerasain sesuatu yang emang banyak orang rasain tapi hal itu pernah ilang dalam sekejap dari hidup aku, aku udah kehilangan lentera yang biasa aku bawa pergi kemanapun tempat yang aku pengen. Suatu ketika ada sebuah lentera kecil yang aku temui terjatuh di tengah gurun, aku mengambilnya dan menyalakannya sesampainya di suatu tempat. Luar bisa terang cahaya yang di hasilkannya, aku tersenyum tapi tetap aku masi menginginkan lentera yang dahulu aku punya kembali, tapi itu mustahil, dan akhirnya aku sadar bahwa lentera kecil itu lah yang menemaniku di setiap malam dalam kesendirianku. Aku sangat yakin lentera itu bisa menggantikan lenteraku yang dulu hilang'

'Bentar Ngga, terus lentera yang dulu itu ilang dimana si? Kok bisa sampe hilang gitu? Perasaan tiap malem kamu pake lampu deh, lentera kan udah jarang, rumah aku juga pake lampu '

Ternyata dari cerita panjang lebarku itu, dia tidak merasa sama sekali bahwa aku akan menyatakan perasaanku padanya . Aduh!! malah engga nyembung ni anak. Sabar, sabar angga, ayo lanjutkan!!

'Eh bukan gitu, maksud aku ini aku lagi cerita kiasannya, makna asli dari ceritaku itu belum aku sampein'

Dia hanya terdiam, dan terlihat sangat tidak mengerti apa yang sebenarnya aku bicarakan.

'Oke deh Mel gini, langsung aja yah aku rasa lentera kecil yang selalu nemenin aku tiap malem maksud aku itu kamu Mel, aku suka sama kamu, aku sayang sama kamu, kamu mau ngga jadi pacar aku?'

'Haah Angga kamu!!' dia menangis

'Mel, lho kok malah nangis, aku salah ngomong kaya gitu yah, duh maaf Mel yah, maaf banget'

'Ngga, kamu engga salah apa-apa, tapi aku berpikir siapa aku? Aku Cuma anak pedagang sayur di pasar yang engga pantes sama anak kuliahan kaya kamu, aku juga engga cantik, aku engga pinter, buktinya aku ngartiin kata-kata kamu tadi aja engga bisa'

'Mel, derajad di mata manusia itu bukan suatu pertimbangan penting buatku, malah justru kamu wanita kuat dan tegar yang mampu menjadi tiang buat keluarga kamu, itu yang membuat aku makin hari makin suka kamu. Mel aku bener-bener sayang kamu' dia agak sedikit bingung dengan apa yang aku katakan, tapi dia mungkin mengerti kata-kataku yang terakhir

'Angga, kalo kamu beneran engga peduliin status social aku, aku mau jadi pacar kamu ngga' sembari memegang tanganku

'Serius mel?'

'Aku serius Ngga, aku juga suka sejak awal ngeliat kamu waktu aku nagnter makanan ke rumahmu, waktu nyari ayam bareng, aku ngerasa nyaman'

'Makasih ya Mel, makasih banget' aku peluk dia erat seperti enggan kehilangan sosoknya untuk selamanya

Setelah hari itu, kami ingin menjalin hubungan yang lebih serius yang artinya kami ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan. Kami menikah, dan pada hari itu aku berjanji untuk menjaga Melodi seumur hidupku. Naomi, apa kamu mendengarku sekarang, aku telah menemukan pelabuhan hati terakhirku, aku telah mengikuti keinginanmu dengan menjadi seseorang yang lebih tegar dengan menghadapi masalah. Terimakasih pernah memberi sebuah kata-kata yang membuatku mampu bangkit dari keterpurukanku selama dalam lamunan tentangmu yang telah tiada. Semoga kamu tenang di sana, selamat jalan. Dan untukmu, selamat datang. Melody





Pengirim :
Author By : Reqzi Syahrial
Twitter Anda : @syahrialreqzi
Judul Cerpen Anda : Yang Terindah 2
Inspiration By : Melodi JKT48
Kategori Cerpen :Romantis

Gambar Untuk Cerpen Anda
http://www.jotform.me/uploads/guest_40701626279051/40701633082445/287983053489543087/10691512713_b62876e9d5_o.jpg

Unknown

I'm just newbie pentester and linux enthusiast

No comments :

Post a Comment

Leave a Comment...

Powered by Blogger.

About Us