Terlambatkan Waktu
Tidak lagi aku ketahui, berapa lama lagi aku menantikan tuah dari apa yang sedang aku lakukan saat ini. aku begitu tertarik padanya, sorot matanya yang tajam membuatku enggan berpaling dari tatapannya. Inilah kisah yang sedang aku jalani dengan seragam perjalanan cinta yang rumit. Semua akan mudah ketika tidak ada campur tangan orang lain selain KITA dalam perjalananku mendapatakannya. Tapi semua ini belum berakhir dan entah kapan aku bisa merasakan sebuah lega di banding ratusan hari sebelumnya yang telah aku lalui.
Oh iya, gadis itu bernama Kinal. Siapa tak kenal dia? Tentu kebanyakan orang mengenalnya, dia adalah salah satu member JKT48. Posisinya yang menjadi publik figure juga membuatku sedikit sulit masuk ke dalam hidupnya terlebih ada aturan dalam JKT48 yang mengatur para membernya untuk tidak menjalin hubungan dengan orang lain selama berkarir bersama JKT48. Jelas ini masalah yang amat kentara bagi ku dalam menjalani perasaan yang belum terbalas ini.
Semua berawal dari aku SMA dimana aku dan Kinal berada dalam satu sekolah yang sama, saat itu semua terkesan biasa bahkan aku tidak berpikir akan mengejarnya seperti saat ini. Dia tidak menjadi primadona sekolah, hal ini yang semakin membuatnya hanya seorang teman yang di kenal ataupun tidak olehnya bukan sebuah masalah untukku. Tapi belakangan pada akhir kelas satu aku merasakan ada yang lain di setiap tatapannya, sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya selama ini. mungkin memang aku yang tidak ingin membuat sebuah usaha untuk mendekatinya hingga pada akhirnya waktu yang mendekatkan aku padanya.
Suatu sore dimana hari itu begitu melelahkan setelah aku terkena hukuman karena tidak berangkat ekskul pramuka. Yah, aku pantas mendapatkannya. Dan sore itu bukan hanya aku yang mendapatkan hukuman tersebut, melainkan beberapa orang anak juga mendapatkan hukuman yang sama tak terkecuali Kinal. Dia ber alasan saat itu dia sedang sakit, terkait benar tidaknya alasan yang dia keluarkan itu tidak terlalu penting bagiku karena pada saat itu aku pun sedang memikirkan alasan apa yang tepat untuk melakukan pembelaan terhadap diriku sendiri.
Aku melihat dia berjalan sendiri di tepian jalan depan sekolah karena semua teman dekatnya tidak mendapatkan hukuman sepertinya, aku mencoba menarik gas sepeda motorku dan mendekat padanya untuk memberi tawaran antaran pulang.
'Nal, tunggu'
'Iya ada apa Do?'
'engga cape apa jalan? ayo pulang bareng aku'
'apa engga ngrepotin kamu?'
'engga. Udah cepetan keburu makin panas nih' gerutuku
Sepanjang jalan kami saling bercerita banyak hal mulai dari kebiasaan hingga hubungan percintaan. Kinal terlihat manis saat itu dengan satu pita yang di diikatkan pada sebelah kanan bagian kepalanya yang membuat kesan lucu. Saat bercerita tentang masalah cinta dia seperti menyembunyikan suatu hal dari setiap kata yang terlontar dari mulutnya. Aku pun tidak menindak lanjuti hal tersebut dan terus menarik gas motorku menuju rumahnya.
'Makasih ya' katanya sembari melempar senyum 'mau mampir engga?'
'engga deh Nal besok-besok aja'
Aku kembali menyusuri jalan menuju rumahku yang tinggal sekitar 2 kilo lagi dari rumah Kinal. Pikiran tentang suatu hal yang pernah kita lewati terkadang tidak langsung muncul secara cepat, ada jangka waktu tertentu untuk membuatnya kembali keluar dan menjadi bahan utama yang di perbincangkan. Itu yang aku rasakan 2 hari setelah mengantarkan Kinal, seperti ada getar yang tidak aku mengerti jika sejenak pikiranku ingin beralih pada hal lain. Aku semakin sering melihat fotonya melalui akun facebook dan twitterku, ini membuatku semakin tidak mengerti terhadap perasaan ini.
Ada suatu waktu dimana aku kembali menawari Kinal untuk kembali pulang bersama, dia kembali tidak menolak ajakanku. Tapi kali ini aku mengajaknya mampir terlebih dahulu di kedai es cream dekat sekolah, dia kembali menyanggupi hal itu yang membuat bibirku tersenyum lebar. Aku tidak mengerti kenapa hari ini aku merasa ada yang lain, aku merasa ingin tertawa lepas tanpa tau apa yang menjadi dasar hal tersebut. Aku hanya mencoba mengikuti apa kata hatiku. Perasaan ini mengiringi suara sepeda motorku menuju kedai es cream yang kami tuju.
Aku meletakkan tasku di pojok bangku tempat dimana kami akan menghabiskan menit-menit spesial yang belum pernah aku lalui bersama Kinal. Kami duduk berhadapan dan mulai mengeluarkan kata per kata yang semakin membuat kami saling mengerti satu sama lain, semua ini juga sejalan dengan hatiku yang semakin berbunga terlebih saat melihat Kinal tersenyum, ingin rasanya aku hentikan waktu beberapa menit untuk menikmati senyuman itu dalam waktu yang lebih panjang.
Satu es cream coklat dan satu es cream strawberry hadir di meja kami.
'kamu suka es cream strawberry?' tanyaku
'iya. Dari kecil aku udah suka. rasanya enak dan warnanya bagus'
Semakin lama kami semakin menikmati perbincangan ini dengan suapan es cream tanpa henti yang juga semakin mengurangi volume es cream di dalam gelas. Aku tertegun beberapa saat melihat es cream kami berdua yang habis, hal ini menunjukkan bahwa waktu kami berdua di kedai es cream itu telah usai. Seperti memahami apa yang aku rasakan Kinal dengan segera menepuk pundakku
'HEY!!! Kok ngalamun si. Minggu ada acara engga?'
'aku free engga ada acara Nal' jawabku semangat
'temenin aku belanja bulanan yah soalnya ibu ku lagi sakit'
'Oke!! Siap!! Aku jemput jam berapa?'
'jam 10 aja deh, ayo pulang'
Weekend selalu menjadi waktu yang di nanti untukku, karena kami menjadi rutin setiap minggu keluar berdua. Mataku bersinar cerah, bibirku selalu tersenyum merona. Itu lah yang aku rasakan setiap kali pergi bersama Kinal. Dengan waktu bersama yang semakin sering ini membuat perasaanku semakin jelas bahwa aku sebenarnya menyayangi dia lebih dari sekedar teman dekat.
Dengan status pertemannan kami jalani semuanya hingga penghujung kelas 3, waktu dimana para siswa dalam masa kritis menghadapi ujian nasioanal. Kami berdua pun mengerti apa yang harus kami lakukan, lebih giat belajar dan mengendurkan pertemuan. Hal ini tidak menyurutkan intensitas kami berdua dalam berkomunikasi karena handphone bisa berguna setiap waktu. Aku merasa seperti sejoli yang sedang merasakan cinta tapi bingung bagaimana cara mengungkapkan persaan tersebut. Selalu ada uluran waktu untuk urusan ini.
Ujian ber akhir, aku sambut dengan senang hati meskipun belum aku ketahui apa hasil yang akan aku dapat, yang terpenting adalah kisah hidupku bersama Kinal yang akan kembali normal seperti sebelum teror ujian nasional menjadi sindrome akut di antara para siswa.
Minggu pagi yang indah di iringi siulan burung merdu di atas atap rumahku aku terbangun, ku usap kedua mata sembari tangan kananku meraba kasur mencari telepon genggam yang semalam tergeletak di sampingku. Belum terlalu jelas apa yang aku lihat pada layar handphone yang sedang aku genggam sampai akhirnya aku menyadari bahwa itu adalah sebuah pesan singkat dari Kinal. Dia mengabarkan bahwa pagi ini dia pergi ke Jakarta untuk suatu alasan tertentu yang belum bisa dia jelaskan. Terasa sedikit retakan hati setelah membaca pesan tersebut, banyak pikiran yang membayangiku mengiringi kepergian Kinal ke ibu kota. Dia tidak pernah bercerita apapun sebelumnya mengenai rencana kepergiannya selepas ujian nasional. Yang jelas aku pastikan dia akan kembali saat ke lulusan tiba, kabar itu aku dapat setelah beberapa kali kami bercakap melalui sms.
Bagaimanapun juga aku masih khawatir terhadap berbagai hal yang mungkin di temui Kinal disana. Sepersekian detik aku takut dia menemukan sosok pria lain yang bisa mengalihkan hatinya, tapi sepersekian detik pula aku tampik pemikiranku sendiri dengan semua kenangan yang telah di lewati selama ini.
Hari kelulusan aku memakai jas lengkap dengan dasi hitam yang menjulur dari leherku. Aku dan Kinal sengaja tidak bertemu sebelumnya agar pertemuan kami nanti terasa lebih spesial, aku membayangkan betapa anggunnya Kinal saat menggunakan kebaya. Semua bayangan itu terasa begitu cepat hingga tanpa sadar tali sepatuku sudah terikat dengan baik.
Sesampainya di sekolah aku belum melihat tanda-tanda keberadaan Kinal, aku mencoba melihat kesana kemari sembari melangkah menuju kamar kecil untuk merapikan rambutku yang sedikit kumal terkena helm. Detil terkecil pun begitu aku perhatikan jelang pertemuanku dengan Kinal, mungkin ini yang di sebut cinta.
Beberapa langkah aku keluar dari kamar kecil aku melihat seseorang dengan menggunakan kebaya berwarna merah menyala yang sedikit menyita perhatian beberapa siswa laki-laki yang di lewatinya. Aku mencoba mendekat dan menyapanya, belum ada sepatah kata pun terucap dari mulutku dia sudah membalikkan badan. Benar!! Itu Kinal dengan senyum yang tidak pernah terlepas dari wajahnya dia menyapaku, aku merasa hampir kehilangan kesadaran setelah menatap wajah ayu nya
'Aldo?' ucapnya 'kamu makin ganteng aja?'
'Kinal!! Ini beneran kamu? kamu juga kaya princes'
Sapaan yang terdengar merdu mengingat perasaan yang tertahan setelah tidak pernah bertatap muka satu bulan terakhir. Kami tertuju pada tempat duduk pojok kanan bagian depan,
'ini kaya pas kita jalan bareng dulu waktu makan es cream yah. Di pojok' ucapku
'iya Do aku masih inget banget waktu itu, kamu baik banget'
'berarti sekarang engga baik dong' gerutuku
'kamu' jawabnya 'kalo lagi gitu lucu' tawa kecil mengiringi kalimat tersebut.
Kami berdua lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, bahkan kami berdua menembus parallel atau sepuluh besar lulusan terbaik dari sekolah kami. Kami begitu bahagia melihat nasib kami masing-masing yang begitu baik. Akan tetapi masih ada yang tertahan. Perasaanku…
Dari saat itulah hingga detik ini aku tidak bisa mengungkapkan sepatah katapun untuk mengungkapkan perasaan cintaku padanya. Terlebih saat ini kami lost contact, aku tidak bisa menghubunginya, satu-satunya jalan hanya melalui twitter tapi itu pun tidak akan pernah dia balas, karena yang ingin mendapatkan balasan melalui twitter darinya bukan hanya aku, tapi masih banyak orang lain yang memiliki keinginan yang sama denganku.
Sebuah bukti dimana waktu menjadi begitu penting untuk sebuah hubungan, hitungan menit bisa menjadi krusial untuk urusan perasaan. Tidak mengetahui kabar secara pasti, apa yang sedang di lakukannya, adakah orang lain di hatinya atau masihkah dia mengingatku. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu beradar melingkari pikiranku tanpa henti saat mataku menatap tajam Kinal di depan layar televisi.
Pengirim :
Author By : Reqzi Syahrial
Twitter Anda : @syahrialreqzi
Judul Cerpen Anda : Terlambatkan Waktu
Inspiration By : Kinal JKT48
Kategori Cerpen :
Gambar Untuk Cerpen Anda
No comments :
Post a Comment
Leave a Comment...