Kumpulan Cerpen dan Fanfict dari fans Fans JKT48 @story_48

Biarkan Aku Yang Pergi


Hai nama gua Haydar biasa dipanggil ndan sama keluarga gua, gua punya kk 1 yang namanya kak Sonya, dan gua punya kk angkat namanya kak Ayana aku biasa manggil kak Achan >.<.. hanya kak achan yang peduli dengan gua, orang tua gue dgn kak sonya tidak pernah memperdulikan ku, begitupun orang tua ku hanya sayang dengan kak sonya, gua tidak pernah mendapatkan kasih sayang dri orang tua.
Malam yang sejuk mengiringi kesepianku. Angin malam turut membelai lembut rambutku. Menemaniku yang tengah sendiri menatap indahnya bumi. Sebagai teman paling setia dikesendirianku dalam ketidakadilan ini.
“Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-Tiba kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“Pasti kak achan”tebakku

“Iya sebentar!” Sahutku Sambil berjalan ke pintu
“Ndan, makan dulu gih!, yang lain sudah kumpul dibawah.” Ucap kak achan
“oke kak, aku juga udh laper banget nih!” candaku padanya.
Kak achan adalah kk ku yang merawatku dari kecil, bagiku ia adalah seperti ibu kandungku,dirumahku. Hanya kak achan yang peduli dengan keadaanku.disaat aku sakit,hanya ia yang slalu repot menyiapkan obat,hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauhh dari nilai kak sonya. Hanya dia yang tahu betapa aku ingin seperti kak sonya, kk kandungku.
“Wahh ada ayam bakar nihh.Heem maknyus” ucapku seraya menduduki kursi favoritku.
“dasar gak sopan” sindir ayah pada ku.
“makanya, jangan nyerocos aja dong jadi cewek.” Timpal kakakku, Sonya.
“iya Ndan, kamu duduk dulu baru ngomong, kan ada Papa sama Mama disini. Jadi sopan dikit ndan.” Tambah Kak Sonya.
“iya ndan, betul tuh kata Sonya. Contoh dia.” Tambah Ibu lagi.
“ok, aku pergi. Silahkan makan!!” ucapku dengan sinis.
Akupun bergegas naik menuju kamarku tanpa sedikitpun menyentuh makanan disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.
Matahari menjelma masuk kedalam kamarku yang pemiliknya masih tertidur lelap. Hingga aku terbangun karena silaunya sinar yang menerpa mataku.
“humh, udah pagi to” ucapku pada diri sendiri,

Aku bergegas mandi dan memakai pakaian sekolahku. Dengan aksesoris biru yang lengkap. Pagi ini, aku tak ingin sarapan. Aku hanya mengunjungi Kak achan yang ternyata sedang menyiapkan bekal untukku.
“makasih ya kak, ndan sayang kakak.” Ucapku dengan tulus padanya
“iya ndan, kk juga sayangg banget sama ndan, semangat ya Ndan sekolahnya.” Sahut kak achan menyemangati.
Setibanya disekolah, aku segera menuju ruangan tempatku ulangan. Jadwal hari ini adalah matematika dan bahasa inggris. Pelajaran menghitung yang sangat menyebalkan untukku. Karena aku tak seperti kak Sonya yang jago menghitung. Dugaanku tepat, soal kali ini susahnya minta ampun. Hingga kertas ulanganku hampir tak terisi. Namun kalau bahasa inggris, inilah kehebatanku. Semua soal dapat kukerjakan dengan mudah. Karena sejak kecil aku sudah sangat hebat berbahasa inggris. Seperti Om John dan Tante Julie yang semasa di Jakarta sangat menyayangiku jauh lebih besar dari orang tua kandungku. Namun kini mereka telah pindah ke Amerika dengan anaknya, Rio.
Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan, aku dan kak sonya berbeda kelas dan sekolah. Kalau aku masih berada dikelas satu SMA, sedangkan ia sudah berada dikelas tiga. Semua terjadi karena aku pernah tak naik kelas sewaktu disekolah dasar. Kalau kak sonya sengaja Papa sekolahkah di sekolah terfavorit di Jakarta, sedangkan aku bersekolah di SMA yang didalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami. Karena nilaiku tak sehebat nilai kak sonya dan. Ia memiliki IQ yang jauh lebih tinggi daripada aku.
“Pa, ambilin raport Ndan ya.” Pintaku
“Papa sudah janji sama Sonya kalau Papa yang akan mengambilkan raportnya. Kalian kan beda sekolah.” Jawab Ayahku.
“Ma, ambilin raport Ndan ya!” pintaku lagi pada Mama.
“Mama udah janji sama kawan mama mau ada acara!.” Jawab Mama.
“oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa
gua hanya bisa menangis sendirian didalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah kak achan. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku.
“Gimana kak hasilnya?” tanyaku dengan penasaran
“ndan juara 1 ndan.” Ucap kak achan dengan semangat.
“hah? Beneran kak?” sahutku tak kalah semangat.
Ternyata usahaku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak sonya.
Setibanya dirumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak sonya menjadi terdiam disaat kedatanganku dan kak achan.
“gimana hasilnya ndan?, pasti jelek.” Ucap kak sonya menyindirku.
“gak ko, aku juara 1.” Ucapku dengan semangat.
“ah, juara 1 disekolahmu pasti juara terakhir dikelas sonya.” Ledek Ayah padaku.
Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua haripun tak ada yang peduli. Semua orang dirumah hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak terkecuali kak achan yang hampir setiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari yang biasanya.
“oh Tuhan, kuatkan aku!” pintaku
Dihari ketiga aksi diamku dikamar, tiba-tiba rumahku terdengar sebuah suara yang sangat kukenal. Ternyata hari ini, keluarga Om John sudah tiba di Jakarta untuk berlibur bersama keluarga kami.
“Rio? Aku merindukanmu.” Ucapku dengan tertunduk lesu dikamar.
Aku keluar kamar untuk menemuinya, namun ternyata ia sudah berubah dan tak peduli lagi padaku. Semuanya benar-benar berubah, dan kini janjinya ia ingkari untuk menemuiku. Penantianku sia-sia, semua orang telah membenciku dan menjauhiku. Aku sendirian dirumah, kak achan menjenguk kwannya yang sedang sakit. Sedangkan yang lain sedang makan malam dihotel. Dan aku? Tertinggal disini.
Aku hanya makan dan terus memasukkan roti berselai kacang kemulutku. Sedangkan yang lain asyik berbincang-bincang dengan topic kak sonya dan Rio. Yang aku tahu, mereka terus membanggakan dua orang yang berprestasi tersebut. Hingga Om John dan Tante Julie juga turut berubah padaku. Semua orang mengucilkanku disini. Sesudah sarapan pagiku habis, aku segera pamit menuju taman belakang yang ternyata disana ada kak sonya dan seseorang yang sangat aku sayangi, kak Rio. Disana, aku sedang melihatnya memberikan setangkai mawar pada kak sonya. Ternyata mereka sudah jadian dan aku tahu, bahwa kak Rio telah melupakanku.
Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini, pertandingan Dance ku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayang tak ada yang mau hadir disini. Semuanya memilih hadir dilomba kak sonya, olimpiade sains. Walau sedikit kecewa, akan kubuktikan bahwa aku adalah ndan yang hebat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara satu dipertandingan dance yang diadakan di Jakarta.
“kita panggil, juara dance tahun ini. Muhammad Haydar dari Jakarta.” Panggil pembawa acara.
Dengan diiringi tepuk tangan meriah, ku naiki podium kebesaranku, dan kurasakan aku sangat dihargai disini.
Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilanku diruang tamu, namun disaat kedatangan kak sonya dan yang lainnya, kulihat kemurungan disana. Dan setelah melihat foto keberhasilanku, kak sonya malah menangis dan berlari menuju kamarnya.
“kamu sengaja meledek sonya?” Tanya Papa dengan sinis.
“gak pa! maksud Papa apa sih?” tanyaku tak mengerti.
“Sonya kalah sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang fotomu diruang ini. kamu tahu kan bahwa diruang ini hanya foto-foto keberhasilan Sonya yang boleh menempatinya.” Jawab Papa yang membuatku sangat kecewa.
“Lepas Fotomu!” ucap Mama dengan agak ketus padaku.
Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang sejak dulu selalu ku inginkan. Karena aku selalu iri disetiap kak sonya dipuji dan disanjung oleh papa dan mama, serta semua tamu yang pernah berkunjung kerumahku. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.
Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Sonya menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang tertekan karena ia kalah diolimpiade. Yang kutahu, Kakak ku ini terlihat lemah dari yang biasanya.
“Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisin terus.” Ucapku menyemangati.
“udahlah ndan, kamu senang kan ngeliat aku kaya gini? Kamu senang kan ngeliat aku kalah?” jawabnya dengan menangis.
“gak kak, gak. Aku gak pernah ada niatan kaya gitu.” Sahutku.
“udahlah, pergi kamu dari kamarku, pergi…” ucapnya terpotong karena akhirnya ia terjatuh tepat didepanku.
“Pa, Ma, tolong kak Sonya. Kak Sonya pingsan Pa!” beritahuku
“apa? Kamu apain sih dia?” Tanya Papa sinis padaku.
“aku, aku gak ada ngapa-ngapain dia pa.” sahutku dengan menyembunyikan kesakitanku.
“pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo cepat kita bawa kerumah sakit.” Ucapku pada Papa.
Hari ini tepat seminggu sebelum ulang tahunku dengan kak sonya. Aku takut kehilangannya, Kakak kandungku yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu, kini ginjalnya hanya satu setelah setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
“hanya adik atau keluarga nya yang ginjalnya cocok dengan sonya. Jadi usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal Pak” beritahu dokter pada Papa.
Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Sonya. Semuanya memintaku untuk mendonorkan satu ginjalku padanya. Niatku memang sudah bulat bahwa aku akan mendonorkan kedua ginjalku pada kak Sonya, tapi aku tak ingin ada yang tahu semuanya. Karena aku tidak mau mereka akan menyayangiku karena bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudaraku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.
“ah sudahlah Ndan, kamu memang saudara yang kejam. Hanya menyumbangkan satu ginjal saja tidak mau. Untunglah ada seseorang yang baik hati yang mau menyumbangkannya pada Sonya.” Ucap Papa
“aku kecewa sama kamu ndan, tega ya kamu sama kakak kamu sendiri.” Ucap Rio dengan kecewa padaku.
“siapa yang mendonorkan ginjalnya Pa?” Tanya mama.
“entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Sonya. Dia benar-benar berhati malaikat.” Jawab papa.
“andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi penghargaan dari Papa?” gumamku dalam hati.
Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah, aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Sesudah selesai ku tulis, surat itu kutitipkan pada kak achan. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk segera menjalani operasi.
@ ruang operasi
Ruang ini tersasa begitu menakutkan. Semua benda yang kulihat hanyalah jarum suntik dan gunting. Alat-alat yang terlihat menakutkan bagiku. Aku dibawa lebih dulu keruang ini, agar tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya. Posisiku dan kak sonya dipisahkan oleh dinding pembatas. Hingga akhirnya aku dibius, dan kurasakan semuanya gelap.
Seminggu kemudian. . . .
“akhirnya kamu sembuh juga sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor itu.” Ucap Mamanya dengan penuh kasih sayang.
“Dan Happy Brithday Sonya…” ucap semua orang serentak
“Makasih ya semuanya. Aku senanggg banget. Oya, Ndan mana ya Ma? Gak tau kenapa sonya kepikiran dia terus. Hari ini kan ulang tahun kami” Sahut sonya.
“iya ya? Mana dia chan?” Tanya Ibunya pada kak achan.
“Sebentar Bu.” Jawab kak achan dengan berlari menuju kamar sonya.
Dan beberapa menit kemudian sudah tiba dengan membawa sepucuk surat.
“ini surat dari Ndan sebelum pergi.” Beritahu kak achan.
Walau agak heran, Ibunya pun membacanya dengan agak keras.
Untuk semua orang yang sangaaat ndan sayang
Mungkin saat kalian baca surat ini ndan gak ada lagi disini. ndan udah pergi ketempat yang saangaat jaauh. Oya, gimana kabar kak sonya? Gak sakit lagi kan? Semoga ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua mimpi-mimpimu yang belum terwujud.
Teruntuk PAPA yang SANGAT KURINDUKAN
Gimana Pa? rumah kita udah tenang belum? Gak ada yang gak sopan lagi kan? Oh pasti gak ada dong ya? Ya iyalah, ndan si pembuat onar kan udah gak ada,hehe:’)

Teruntuk MAMA yang SANGAT-SANGAT KU RINDUKAN
Ma, ndan pasti akan sangat rindu dengan Baju dance pemberian Mama lima tahun yang lalu. Ma, ndan kangeeen banget pelukan Mama. ndan selalu iri saat Mama hanya mencium kak sonya disaat ia tidur. ndan iri melihat Mama yang selalu menyemangati kak sonya disaat ia sedang sedih. ndan iri dengan semua perhatian yang Mama berikan pada kak sonya. Ndan sangaat iri.
Teruntuk Kakak kandungku yang sangatt aku sayangii, KAK SONYA
Gimana kak, gak ada lagi kan yang ganggu kakak belajar? Gak ada lagi kan yang nyetel music keras-keras dikamar? Pasti rumah kita tenang ya, pastinya gak akan ada lagi yang akan membuat kalian malu karena punya saudara yang bodoh bukan? Oh, pastinya. Oya, SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK, SELAMAT MENJALANI UMURMU YANG KE-17 TAHUN. Yang mungkin takkan pernah aku rasakan.:’) Di jaga yak k ginjal ndan nya, smoga dengan ginjal ituu kk bias berubah yang namanya arti menghargai orang lain, ndann selalu sayangg bnget dengan kak sonya kak, Goodbye kak Sonya .
Teruntuk kak Achan yang sangat saying padaku. Kak maafin ndan yaa kak kalo slama ini ndan buat repot kak achan, cman kk yang slalu ndan harepin, cuman kak achan yang peduli dengan ndan, yang saying dengan ndan, yang slalu merawat ndan, mkasihh kak untuk smuanyaaThanks untuk slama ini kak, Missyou kak Achan:*
Kalian semua harus tau, betapa AKU SANGAT MENYAYANGI KALIAN. Mungkin dengan kepergianku, smeuanya akan tenang dan rumah kita menjadi tentram. ndan harap, gak akan ada lagi yang terkucilkan seperti ndan. Yang selalu menangis setiap malam. Yang selalu merindukan hangatnya kekeluargaan. Mungkin dengan kepergian ini, aku akan tahu bagaimana kalian akan mengenangku, seperti aku yang selalu mengenang kalian setiap malam dengan tangisan. . . Semoga KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA NDAN, AAMIIN.
Salam rindu penuh tangis bahagia:””)).
Muhammad Haydar (Ndan)
Semua yang mendengar menangis. Mereka bertanya-tanya pada kak achan dimana ndan. Namun tiba-tiba telepon rumah berbunyi..
“iya, saya Hermawan, ada apa ya?” Tanya Papanya dengan penasaran.

Dan sesaat kemudian Papanya menangis dan segera mengajak anggota keluarganya ke Rumah sakit. Dan mereka terlambat, ndan telah pergi untuk selama-lamanya. Dan menginggalkan berjuta penyesalan disetiap tangis yang jatuh. Kini, ia telah tenang dan jauh dari ketidakadilan selama hidupnya. Walau air mata tengah menangisinya yang telah pergi untuk selama-lamanya. . .
The End..

 Created by @haidarbrgbh 

Problem Child

I'm just newbie pentester and linux enthusiast

12 comments :

Reader's CommentsThanks For Visit

Follow Me:@Story_48 & @JKT48_cyber
Open Entri Cerpen Mention For My Account @story_48

Thanks

Sampaikan Kritik Dan Saran Terhadap Postingan Kami

  1. (y) (y) terharu bangett.... :'( :'(

    apalagi sambil play lagu AKB48 - Sakura No Hanabiratachi :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehee thanks:) mampir lagi yoo?

      Delete
  2. (y) (y) terharu bangett.... :'( :'(

    apalagi sambil play lagu AKB48 - Sakura No Hanabiratachi :'(

    ReplyDelete
  3. thanks for support :)

    visit back lagi yoo :)

    ReplyDelete
  4. sedih banget ampe tumfeh2 air mata ane :'(

    ReplyDelete
  5. Asli sampe nangis ini,mungkin saya juga pernah mikir, saya anak kandung atau bukan :')

    ReplyDelete
  6. terhararu banget sampe nangis bacanya

    ReplyDelete
  7. Cerita nya bagus banget bikin nangis . Di tunggu ya cerita lainya

    ReplyDelete
Powered by Blogger.

About Us